Selasa, 22 November 2016

Jaminan Keamanan Pangan dengan sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

Jaminan Keamanan Pangan dengan sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

Sektor pertanian merupakan sektor penting yang masih harus dikembangkan serta membutuhkan penanganan serius guna menunjang laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.  Untuk dapat bersaing di pasar yang bebas dan kompetitif saat ini, komoditas pertanian yang dipasarkan harus benar-benar dapat menarik minat pembeli.  Hal ini perlu ditanamkan terhadap pelaku agribisnis bahwa di dalam produk yang akan dipasarkan haruslah terdapat unsur jaminan kepastian mutu.

Jaminan mutu dan keamanan pangan terus berkembang sesuai dengan persyaratan konsumen, Keamanan pangan merupakan persyaratan utama dan terpenting dari seluruh parameter mutu pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau makanan, penampilannya baik , juga lezat rasanya, tetapi bila tidak aman, maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi.

Hal ini membawa dampak perubahan mulai dari bisnis pangan tanpa adanya pengawasan, pengawasan produk akhir, hingga pengawasan proses produksi bagi jaminan mutu secara total. Pada tahun-tahun terakhir, konsumen menyadari bahwa mutu pangan khususnya keamanan pangan tidak dapat hanya dijamin dengan hasil uji produk akhir dari laboratorium. Mereka berkeyakinan bahwa produk yang aman didapat dari bahan baku yang ditangani dengan baik, diolah dan didistribusikan dengan baik akan menghasilkan produk akhir yang baik.

Suatu langkah yang tepat untuk mengantisipasi hal tersebut, serta adanya tuntutan dalam pasar bebas, telah dikembangkan suatu  oleh Komite Standar Internasional/ Codex Allimentarius Commission  yang telah diakui secara internasional yaitu Sistem Jaminan Mutu berdasarkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Secara umum konsep HACCP ini merupakan suatu sistem jaminan mutu yang menekankan pada pengawasan yang menjamin mutu sejak bahan baku hingga produk akhir.


Pengertian  HACCP

HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang berdasarkan kepada kesadaran bahwa hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu, tetapi dapat dilakukan pengendaliannya untuk mengontrol bahaya bahaya tersebut. Kunci utama HACCP adalah antisipasi dan identifikasi titik pengawasan yang mengutamakan kepada tindakan pencegahan, daripada mengandalkan kepada pengujian produk akhir.

Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang tanpa resiko, tetapi dirancang untuk meminimalkan resiko bahaya keamanan pangan. Sistem HACCP juga dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk memproteksi rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik.

HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi pangan mulai dari produsen utama bahan baku pangan (pertanian), penanganan, pengolahan, distribusi, pemasaran hingga sampai kepada pengguna akhir.

Pendekatan HACCP

Ada tiga pendekatan penting dalam pengawasan mutu pangan:

Food Safety/Keamanan Pangan.
Aspek-aspek dalam proses produksi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit atau   bahkan kematian. Masalah ini umumnya dihubungkan dengan masalah biologi, kimia dan fisika.

Wholesomeness/Kebersihan Merupakan karakteristik-karakteristik produk atau proses dalam kaitannya dengan kontaminasi produk atau fasilitas sanitasi dan hygiene.

Economic Fraud /Pemalsuan Adalah tindakan-tindakan yang illegal atau penyelewengan yang dapat merugikan pembeli. Tindakan ini mencakup diantaranya pemalsuan species (bahan baku), penggunaan bahan tambahan yang berlebihan, berat tidak sesuai dengan label, overglazing dan jumlah komponen yang kurang seperti yang tertera dalam kemasan.


SEJARAH HACCP

Sejarah perkembangan HACCP oleh beberapa ahli dianggap sebagai evolusi, sejak ditemukannya pada tahun 1960,dimanaPilsbury Co. NASA dan US Army Natick and Space Administration, mengadakan penelitian dengan tujuan utama mengembangkan makanan yang aman bagi astronot.

HACCP baru berkembang pesat sejak tahun 1990, di Indonesia pada tahun 1998. diadopsi menjadi SNI 01-4852-1998

MANFAAT  HACCP

Menjamin keamanan pangan
- Memproduksi produk pangan yang aman setiap saat;
- Memberikan bukti sistem produksi dan penganganan aproduk yang aman;
- Memberikan rasa percaya diri pada produsen akan jaminan keamanannya;
- Memberikan kepuasan pada pelanggan akan konformitasnya terhadap standar nasional maupun internasional.

Mencegah kasus keracunan pangan, sebab dalam penerapan sistem HACCP bahaya-bahaya dapat diidentifikasi secara dini, termasuk bagaimana tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangannya. Mencegah/mengurangi terjadinya kerusakkan produksi atau ketidakamanan pangan, yang tidak mudah bila hanya dilakukan pada sistem pengujian akhir produk saja. Dengan berkembangnya HACCP menjadi standar internasional dan persyaratan wajib pemerintah, memberikan produk memiliki nilai kompetitif di pasar global. Memberikan efisiensi manajemen keamanan pangan, karena sistemnya sistematik dan mudah dipelajari, sehingga dapat diterapkan pada semua tingkat bisnis pangan.

Tujuh  Prinsip HACCP

HACCP merupakan suatu sistem yang dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya tertentu dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan untuk pengendaliannya. Sisten ini terdiri dari tujuh prinsip sebagai berikut:

PRINSIP 1:

Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan produksi pangan pada semua tahapan, mulai dari usaha tani, penanganan, pengolahan di pabrik dan distribusi, sampai kepada titik produk pangan dikonsumsi.  Peningkatan kemungkinan terjadinya bahaya dan menentukan tindakan pencegahan, untuk pengendaliannya.

PRINSIP 2:

Menentukan titik atau tahap prosedur operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan bahaya atau mengurangi kemungkinan terjadi bahaya tersebut. CCP (Critical Control Point) berarti setiap tahapan di dalan produksi pangan dan /atau pabrik yang meliputi sejak bahan baku yang diterima, dan/atau diproduksi, panen, diangkut, formulasi, diolah, disimpan dan lain sebagainya.

PRINSIP 3:

Menetapkan batas kritis yang harus dicapai untuk menjamin bahwa CCP berada dalam kendali.

PRINSIP 4:

Menetapkan sistem pemantauan pengendalian (monitoring) dari CCP dengan cara pengujian atau pengamatan.

PRINSIP 5:

Menetapkan tindakan perbaikan yang dilaksanakan jika hasil pemantauan menunjukkan bahwa CCP tertentu tidak terkendali.

PRINSIP 6:

Menetapkan prosedur verifikasi yang mencakup dari pengujian tambahan dan prosedur penyesuaian yang menyatakan bahwa sistem HACCP berjalan efektif.

PRINSIP 7:

Mengembangkan dokumentasi mengenai senua prosedur dan pencatatan yang tepat untuk prinsip-prinsip ini dan penerapannya.

Ikhtisar Diabetes Mellitus (Dietetik)

ALKOHOL DALAM DIET
Alkohol tidaklah esensial dalam diet. Faktor risiko klinis utama yang terkait dengan terlalu banyak minum adalah sirosis hati. Konsumsi alkohol mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh, terutama sistem gastrointestinal, kardiovaskular, dan saraf. Dampak sosial dari asupan alkohol yang berlebihan antara lain kejahatan, kecelakaan, bunuh diri, dan kekerasan rumah tangga. Kebiasaan tidak masuk kerja akibat alkohol akanmenimbulkan dampak ekonomi.

PENGUKURAN KONSUMSI ALKOHOL
Di Inggris, satu ‘unit’ (satuan) alkohol didefinisikan sebagai 8 g atau 10 mL etanol (di AS didefinisikan sebagai 12 g alkohol). Pedoman tentang jumlah unit dalam minuman beralkohol standar ditetapkan beberapa tahun lalu oleh Badan Edukasi Kesehatan (Health Education Authority, HEA) Inggris. Minuman beralkohol yang ada pada saat ini lebih bervariasi dan kadarnya lebih tinggi, sehingga menimbulkan kebingungan tentang jumlah unit.

FAKTOR SOSIAL
Konsumsi alkohol berbeda-beda pada berbagai kalangan masyarakat, pada negara maju terdapat kecenderungan :
·         Secara keseluruhan, pria minum dua kali lebih banyak daripada wanita (perbedaan dalam kelompok usia yang lebih muda adalah lebih kecil daripada angka ini);
·         Pria lajang minum lebih banyak daripada pria yang sudah menikah;
·         Konsumsi terbanyak ditemukan pada kelompok usia dewasa muda, dalam bentuk teenage binge drinking (kebiasaan minum berlebihan pada remaja);
·         Secara umum, orang yang taraf hidupnya lebih rendah minum lebih banyak daripada yang taraf hidupnya tinggi, meskipun orang bertaraf hidup tinggi minum lebih teratur;
·         Konsumsi menurun dengan bertambahnya usia.

Tabel 31.1 Jumlah unit dalam minuman beralkohol yang biasa dijumpai
Minuman beralkohol
Jumlah
Konsentrasi (% alkohol)
Unit
Bir konsentrasi standara
Bir premium
Bir ‘keras’
Bir kekuatan ekspor (kalengan)
Spirit satu ‘sloki’
Spirit dua ‘sloki’
Segelas anggura
Anggur dalam gelas ‘bar’ kecil
Anggur dalam gelas ‘bar’ besar penuh
Alkopop (botol)
½ pin (284 mL)
½ pin (284 mL)
½ pin (284 mL)
440 mL
25 mL
50 mL
125 mL
175 mL
250 mL
275 mL
3,5
5
6,5
8,6
40
40
8
11
13
5
1
1,5
2
3,75
1
2
1
2
3
1,4
aJenis minuman keras yang awalnya dijadikan pedoman untuk mendefinisikan satu ‘unit’ minuman beralkohol.
[spirit merupakan minuman berkadar alkohol tinggi seperti wiski dan brandi]

Anjuran pemerintah untuk asupan alkohol yang aman ialah tidak lebih dari 3-4 unit per hari untuk pria dan 2-3 unit per hari untuk wanita (‘minum berlebihan’ (binge dringking) didefinisikan sebagai konsumsi sebanyak dua kali jumlah yang dianjurkan dalam sehari). Dalam seminggu, asupan tidak boleh melebihi 21 unit untuk pria dan 14 unit untuk wanita, serta harus ada ‘hari yang bebas alkohol’.

METABOLISME ALKOHOL DI HATI
Dalam hati, terdapat tiga jalur metabolik utama; semuanya menghasilkan asetaldehida.
·         Jalur (1) yang dominan, melibatkan enzim alkohol dehidrogenase (ADH) yang mengandung zink, yang ditemukan dalam sitoplasma hati. Ini merupakan tahap utama pembatas laju (rate-limiting step) metabolisme. Akumulasi asetaldehida
·         Sistem pengoksidasi-etanol mikrosomal (microsomal ethanol-oxidising system, MEOS) (2) normalnya memetabolisme sampai dengan 20 % dari alkohol yang diingesti; enzim ini menjadi lebih aktif pada pecandu alkohol kronik. Alkohol menstimulasi perkembangan membran mikrosomal, tempat terinduksinya sitokrom P450 (suatu faktor yang memerlukan vitamin C).
·         Jalur ketiga (yang relatif tidak penting) melibatkan enzim katalase yang terdapat dalam banyak sel tubuh (3).

METABOLISME ALKOHOL
Laju metabolisme alkohol sangat bervariasi dan terkait dengan ukuran tubuh. Pada pria muda yang sehat, laju metabolisme alkohol adalah 9-10 g (yaitu 1 unit) per jam. Wanita mengalami kenaikan kadar alkohol darah yang lebih tinggi, karena wanita memiliki lebih banyak lemak, lebih sedikit air, dan umumnya memiliki berat badan yang lebih rendah, sehingga kadar alkohol menjadi lebih tinggi.
Metabolisme alkohol juga dipengaruhi oleh:
·         Faktor genetik;
·         Massa tubuh tanpa lemak;
·         Makanan lain dalam diet;
·         Riwayat asupan alkohol di masa lampau (laju metabolisme alkohol lebih tinggi pada pecandu alkohol kronik).



ALKOHOL DAN KESEIMBANGAN ENERGI
Alkohol menghasilkan 29 kJ (7 kkal) per gram. Jika alkohol diminum pada kondisi asupan makanan normal, kelebihan energi dapat menaikkan berat badan. Hal ini tidak selalu terjadi; alkohol yang dimetabolisme melalu sistem MEOS menghasilkan sedikit ATP; lebih tepatnya, proses oksidasi ini menghasilkan panas, yang dibuang dan tidak disimpan.

Dampak penyalahgunaan alkohol terhadap asupan zat gizi
·         Metabolisme lemak dalam hati menjadi abnormal. Sejumlah besar NADH dan NADPH yang dihasilkan oleh metabolisme menstimulasi sintesis lemak, yang menyebabkan tingginya kadar VLDL yang bersirkulasi pada peminum berat, ukuran hati membesar karena akumulasi kelebihan lemak, yang akhirnya menyebabkan inflamasi kronik.
·         Pengendalian kadar glukosa darah kurang efektif. Hal ini mencerminkan berkurangnya produksi insulin dan menurunnya glukoneogenesis. Episode hipolikemik, yang mengakibatkan kehilangan kesdaran (blackout), dapat terjadi.
·         Meskipun katabolisme protein tidak terpengaruh, sintesis protein berkurang. Perbaikan jaringan terganggu dan produksi enzim pencernaan berkurang.
·         Aktivasi vitamin B terganggu oleh penyakit hati.
-          Rendahnya status niasin, riboflavin, dan piridoksin dapat menyebabkan diare, dermatitis, dan masalah psikologis.
-          Berkurangnya absorpsi folat menyebabkan anemia megaloblastik.
-          Berkurangnya absorpsi tiamin, yang berhubungan dengan muntah dan diare, serta meningkatnya kebutuhan akan tiamin berakibat pada defisiensi dengan gejala neuropati perifer. Pada defisiensi tiamin yang parah, dapat terjadi gangguan psikologis, kehilangan memori, dan psikosis (sindrom Wernicke-Korsakoff).
·         Produksi kofaktor vitamin K dalam hati berhenti, sehingga mengganggu pembekuan darah.
·         Alkohol menginduksi pemecahan bentuk aktif vitamin D.
·         Zink merupakan kofaktor untuk alkohol dehidrogenase. Kadar zin dapat menurun sehingga mengganggu metabolisme alkohol, memperburuk penyembuhan luka, menurunkan kepekaan rasa, dan menurunkan fungsi imun.
·         Status besi mungkin bervariasi, spirit tidak mengandung besi, tetapi beberapa jenis anggur dan bir mengandung besi. Kehilangan darah karena iritasi mukosa usus dapat menyebabkan deplesi besi.





PANGAN FUNGSIONAL
Pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan  bermanfaat bagi kesehatan.

KRITERIA PANGAN FUNGSIONAL
       Menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu dan persyaratan keamanan serta standar dan persyaratan lain yang ditetapkan;
       Mempunyai manfaat bagi kesehatan yang dinilai dari komponen pangan fungsional berdasarkan kajian ilmiah Tim Mitra Bestari;
       Disajikan dan dikonsumsi  sebagaimana layaknya makanan/ minuman;
       Memiliki karakteristik sensori seperti penampakan, warna, tekstur atau konsistensi dan cita rasa yang dapat diterima konsumen.

KOMPONEN PANGAN FUNGSIONAL
       Vitamin 
       Prebiotik, Probiotik& Sinbiotik
       Mineral 
       Kolin, Lesitin dan Inositol 
       Gula alkohol
       Karnitin dan Skualen
       Asam lemak tidak jenuh
       Isoflavon (kedelai)
       Peptida dan protein tertentu
       Fitosterol dan Fitostanol
       Asam amino 
       Polifenol
       Serat pangan (Dietary Fiber)
       Komponen fungsional lain yang akan ditetapkan kemudian.

PANGAN FUNGSIONAL : PREBIOTIK, PROBIOTIK & SINBIOTIK
Probiotik
Mikroorganisme hidup yang diatur dalam jumlah yang cukup dan dapat memberikan manfaat terhadap kesehatan pejamu (host)
Prebiotik
Bahan yang tidak dapat dicerna yang dapat menyediakan pengaruh fiologis yang bermanfaat bagi pejamu dengan cara merangsang secara selektif pertumbuhan bakteri yang bermanfaat
Sinbiotik
Produk yang mengandung baik prebiotik dan probiotik

MANFAAT PROBIOTIK & PREBIOTIK
Probiotik
Manfaat immunologik
·         Mengaktifasi makrofag lokal untuk meningkatkan munculnya antigen terhadap limfosit B serta meningkatkan produksi immunoglobulin A (IgA) baik secara lokal maupun sistemik
·         Modulasi profil cytokine
·         Menurunkan hiporesponsivitas terhadap antigen makanan
Manfaat non-immunologik
·         Mencerna makanan dan bersaing dengan patogen untuk mendapatkan nutrisi
·         Menjaga pH lokal untuk menciptakan keadaan lingkungan lokal yang tidak disukai oleh patogen
·         Memproduksi bacteriocin untuk menghambat patogen
·         Menangkap radikal superoksida
·         Merangsang produksi mucin epithelial
·         Meningkatkan fungsi intestinal barrier
·         Bersaing dengan patogen untuk adhesi
·         Mengubah toksin derivat patogen
Prebiotik
·         Efek metabolik : produksi asam lemak rantai pendek, metabolism lemak, absorpsi ion (Ca, Fe, Mg)
·         Meningkatkan imunitas host (produksi IgA, dan modulasi cytokine)


PANGAN FUNGSIONAL : KOLIN
       Kolin merupakan bahan kimia organik yang penting untuk makanan, bahan kimia ini digunakan sebagai Vitamin B.
       Asupan kolin bagi tubuh dapat diperoleh melalui dua sumber utama, yaitu dari sintesis di dalam tubuh secara alami dan dari pangan yang dimakan.
       Konsumsi kolin yang ideal telah dirumuskan oleh Food and Nutrition Board (FNB) pada tahun 1998 sebagai kebutuhan kolin harian/DRI (Dietary Reference Intake). Hal ini dilakukan karena sangat sulit untuk menentukan RDA (Recommended Dietary Allowance) untuk kolin





PANGAN FUNGSIONAL : LESITIN
Lesitin biasanya digunakan sebagai nama lain untuk fosfatidilkolin, suatu fosfolipid yang merupakan komponen utama fraksi fosfatida yang dapat diisolasi dari kuning telur (dalam bahasa Yunani lekithos - λεκιθος) atau kacang kedelai yang diekstraksi baik secara mekanik maupun kimiawi menggunakan heksana. Lesitin secara komersil bisa diperoleh dengan kamurnian tinggi untuk aditif pangan dan tujuan medis.

PANGAN FUNGSIONAL : INOSITOL
       Inositol adalah sejenis campuran kimiawi (carbocyclic polyol) yang dapat ditemukan dalam sereal, kacang-kacangan, buncis, dan buah khususnya blewah dan jeruk.
       Kegunaan utama inositol adalah untuk transduksi sinyal insulin, penggabungan cytoskeleton, pengendalian syaraf, pengendalian konsentrasi kalsium dalam sel, pemeliharaan membran sel, modulasi aktivitas serotonin, penghancur lemak, mengurangi kadar kolesterol dalam darah, penanda plasma sifat keturunan, pencegah bulimia, kepanikan dan depresi serta perawatan kanker jika digabung dengan asam phytic.
       Karena manfaat penghancur lemak dan penurun kolesterol darah tersebut, inositol menjadi bagian penting dalam diet.
       Inositol buatan biasa dikenal sebagai alkohol gula yang ditambahkan dalam makanan (misalnya permen) dan minuman penambah tenaga karena kalorinya lebih rendah daripada gula dan tidak dimetabolisme dalam mulut sehingga tidak menyebabkan kerusakan gigi. Inositol juga merupakan bagian dari Vitamin B kompleks namun tidak dapat disebut sebagai vitamin.

PANGAN FUNGSIONAL : KARNITINE
       Karnitin, dikenal juga sebagai L-karnitin atau levocarnitin, adalah senyawa ammonium kation yang disintesis dari asam amino lisin dan metionin. Senyawa ini membantu konsumsi dan pemakaian lemak dalam tubuh karena ia bertanggung jawab dalam transportasi asam lemak dari sitosol menuju mitokondria. Senyawa ini biasa dijual sebagai suplemen makanan.

PANGAN FUNGSIONAL : SQUALENE
Skualen merupakan prekursor biokimia untuk seluruh steroid. Oksidasi (melalui squalene monooxygenase) salah satu dari ikatan rangkap skualen akan menghasilkan 2,3-squalene oksida yang akan masuk pada siklus dengan katalisis enzim dan berubah menjadi lanosterol serta akan bergabung dengan kolesterol dan steroid lainnya.

PANGAN FUNGSIONAL : POLIFENOL
       Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur.
       Polifenol dapat ditemukan pada kacang-kacangan,teh hijau, teh putih, anggur merah, anggur putih, minyak zaitun dan turunannya, cokelat hitam, dan delima. Kadar polifenol yang lebih tinggi dapat ditemukan pada kulit buah seperti pada anggur, apel, dan jeruk. (Webb, 2006)

PANGAN FUNGSIONAL :FITOSTEROL
       Sesudah dipurifikasi, fitosterol tampak sebagai bubuk putih dengan bau lembut yang khas. Senyawa ini tidak larut di dalam air tetapi larut di dalam alkohol.
       Senyawa ini banyak digunakan sebagai bahan tambahan pangan obat-obatan dan kosmetik. Pada sel hewan, peran tersebut digantikan oleh kolesterol.
       β-sitosterol dan campesterol => fitosterol yang ditemukan berlimpah pada makanan manusia dan hampir 80% dari seluruh asupan fitosterol yang secara khusus sejumlah 100-300mg/hari, hampir sama dengan jumlah asupan harian kolesterol (dengan catatan bahwa vegetarian mengkonsumsi jumlah fitosterol lebih banyak daripada omnivora).
       Fitosterol => sangat sedikit diserap pada usus (khususnya fitostanol ).
       <1% β-sitostanol yang dicerna dapat diserap oleh tubuh.
       Fitosterol memiliki kemampuan untuk menghambat absorpsi kolesterol dan rearbsorpsi kolesterol empedu. =>dengan menggantikan kolesterol dari misel pada usus; misel merupakan partikel suspensi yang berasal dari lemak dan vitamin larut lemak yang diserap dalam usus.
       Fitosterol memiliki potensi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan cara meningkatkan jumlah kolesterol dan kolesterol empedu yang hilang melalui faeces. (Webb, 2006)

PANGAN FUNGSIONAL :ISOFLAVON
       Fitoestrogen merupakan komponen tumbuhan yang meskipun bukan merupakan steroid, namun memiliki kemiripan struktur dengan estrogen manusia dan dapat terikat pada reseptor estrogen manusia.
       Flavonoida dan isoflavonoida => golongan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan, khususnya dari golongan leguminoceae. Tanaman kedelai memiliki kandungan isoflavon yang lebih tinggi terutama pada biji kedelai, khususnya pada bagian hipokotil (germ) yang akan tumbuh menjadi tanaman. Sebagian lagi terdapat pada kotiledon yang akan menjadi daun pertama dari tanaman.
       Kandungan senyawa flavonoida sendiri dalam tanaman sangat rendah, yaitu sekitar 0,25%. Senyawa-senyawa tersebut pada umumnya dalam keadaan terikat/ terkonjugasi dengan senyawa gula. (Zilliken, 1987)
       Kandungan isoflavon pada kedelai berkisar 2-4 mg/g kedelai. Senyawa isoflavon ini pada umumnya berupa senyawa kompleks atau konjugasi dengan senyawa gula melalui ikatan glukosida. Jenis senyawa isoflavon ini terutama adalah genistin, daidzin, dan glisitin. Bentuk senyawa tersebut mempunyai aktivitas fisiologis kecil. (Prawiroharsono,1994).
       Selama proses pengolahan, baik melalui proses fermentasi maupun proses non-fermentasi, senyawa isoflavon dapat mengalami transformasi, terutama melalui proses hidrolisa sehingga dapat diperoleh senyawa isoflavon bebas yang disebut aglikon yang lebih tinggi aktivitasnya. Senyawa aglikon tersebut adalah genistein, glisitein, dan daidzein. (Kuswanto, 2000)
DIABETES MELLITUS
Pada penderita DM biasanya mengalami poliuria, polifagi dan polidipsi.

TUJUAN MODIFIKASI DIET DM
·         Mencapai outcome metabolik optimal
·         Mencegah dan mengatasi komplikasi DM
·         Memperbaiki kesehatan
·         Memberikan saran spesifik bagi kelompok tertentu

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PJK & GIZI

FAKTOR RISIKO YANG DAPAT DIUBAH
Penanda pada darah
                Profil Lipoprotein
                                                Low-density-lipoprotein cholesterol (LDL)
                                                Trigliserida Total
                                                High-density-lipoprotein cholesterol (HDL)
Penanda Inflamasi
                Fibrinogen
                C-Reactive  protein
Faktor Resiko Gaya Hidup
                Tembakau
                Aktifitas fisik rendah (Sedentary Lifestyle)
                Makanan kuran bergizi
                Stress
                Konsumsi alkohol berlebihan
Penyakit lain yang berkaitan/Sindroma
                Hipertensi
                Diabetes
                Obesitas
                Sindroma Metabolik


FAKTOR RISIKO YANG TIDAK DAPAT DIUBAH
Menopausal Status
Umur
Riwayat Keluarga (Herediter)
Ras

FAKTOR NUTRISI YANG MEMPENGARUHI LDL
Meningkatkan LDL :
·         Asam Lemak Jenuh dan Trans
·         Kolesterol makanan
·         Berat badan lebih
Menurunkan LDL :
·         Asam Lemak tidak jenuh ganda (PUFA)
·         Viscous  fiber (serat)
·         Stanol dari tumbuhan/Stanol
·         Penurunan Berat Badan
·         Isoflavone mengandung protein kedelai (bukti ilmiah masih terbatas)
Sumber : Fletcher B, et al.Managing abnormal  blood lipids : a  collaborativeapproach, Circulation 1  12:3  188,  2005.






ALERGI MAKANAN
       Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. 
       Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.
       Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi alergi murni, tetapi banyak dokter ataupun masyarakat awam menggunakan istilah alergi makanan untuk semua reaksi yang tidak diinginkan dari makanan, baik yang imunologik atau non imunologis.




REAKSI SIMPANG MAKANAN
       Intoleransi Makanan (pada umumnya)
       Alergi makanan (hypersensitivitas)
       Penolakan makanan (phobia)

INTOLERANSI MAKANAN
       Intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan.
       Reaksi ini dapat disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik (misalnya toksin yang disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada keracunan ikan), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju, kafein pada kopi atau kelainan pada pejamu sendiri seperti defisiensi lactase, maltase  atau respon idiosinkrasi pada pejamu.

ALERGI MAKANAN
Menurut cepat timbulnya reaksi maka alergi terhadap makanan dapat berupa reaksi cepat (Immediate Hipersensitivity/rapid onset reaction) dan reaksi lambat (delayed onset reaction). Reaksi cepat,  reaksi terjadi berdasarkan reaksi kekebalan tubuh tipe tertentu. Terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah makan atau terhirup pajanan alergi. Reaksi Lambat, terjadi lebih dari 8 jam setelah makan bahan penyebab alergi.

MEKANISME TERJADINYA ALERGI MAKANAN
       Struktur limfoepiteal usus yang dikenal dengan istilah GALT (Gut-Associated Lymphoid Tissues) terdiri dari tonsil, patch payer, apendiks, patch sekal dan patch koloni.
       Pada keadaan khusus GALT mempunyai kemampuan untuk mengembangkan respon lokal bersamaan dengan kemampuan untuk menekan induksi  respon sistemik terhadap antigen yang sama. 
       Pada keadaan normal penyerapan makanan, merupakan peristiwa alami sehari-hari dalam sistem pencernaan manusia. Faktor-faktor dalam lumen intestinal (usus), permukaan epitel (dinding usus) dan dalam lamina propia bekerja bersama untuk membatasi masuknya benda asing ke dalam tubuh melalui saluran cerna. 
       Sejumlah mekanisme non imunologis dan imunologis bekerja untuik mencegah penetrasi benda asing seperti bakteri, virus, parasit dan protein penyebab alergi makanan ke dinding batas usus (sawar usus).





FAKTOR GENETIK PADA ALERGI MAKANAN
       Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita. Bila ada orang tua menderita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini.
       Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 20 – 40%, ke dua orang tua alergi resiko meningkat menjadi 40 -  80%.
       Sedangkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tua maka resikonya adalah 5 – 15%. Pada kasus terakhir ini bisa saja terjadi bila nenek, kakek atau saudara dekat orang tuanya mengalami alergi. Bisa saja gejala alergi pada saat anak timbul, setelah menginjak usia dewasa akan banyak berkurang.

FAKTOR IMATURITAS USUS PADA ALERGI MAKANAN
       Alergi makanan  sering terjadi pada usia anak dibandingkan pada usia dewasa.
       Fenomena lain adalah bahwa sewaktu bayi atau usia anak mengalami alergi makanan tetapi dalam pertambahan usia membaik. Hal itu terjadi karena belum sempurnanya saluran cerna pada anak.
       Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh.
       Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secara imunologik IgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh.
       Pada usus imatur (tidak matang) sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh. Pada bayi baru lahir sel yang mengandung IgA, Imunoglobulin utama di sekresi eksternal, jarana ditemui di saluran cerna. Dalam pertambahan usia akan meningkat sesuai dengan maturasi (kematangan) sistem kekebalan tubuh.
       Dilaporkan persentasi sampel serum yang mengandung antibodi terhadap makanan lebih besar pada bayi berumur kurang 3 bulan dibandingkan dengan bayi yang terpapar antigen setelah usia 3 bulan. Penelitian lain terhadap 480 anak yang diikuti secara prospektif dari lahir sampai usia 3 tahun.  Sebagian besar reaksi makanan terjadi selama tahun pertama kehidupan.

FAKTOR PAJANAN ALERGI MAKANAN
       Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum, telur dan susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi.
       Pemberian ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif terhadap makanan pada tahun pertama kehidupan. Beberapa jenis makanan yang dikonsumsi ibu akan sangat berpengaruh pada anak yang mempunyai bakat alergi.
       Pemberian PASI meningkatkan angka kejadian alergi