BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ahli
gizi dan dokter sering menggunakan indikator biokimia sebagai suatu ukuran dari
kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisiologis akan zat gizi tertentu.
Asupan zat gizi hanyalah salah satu determinan status gizi karena taraf zat
gizi di dalam darah atau jaringan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan
gaya hidup seperti merokok atau aktivitas fisik, atau asupan zat gizi lainnya.
Sebagai ahli
epidemiologi gizi, kita terutama tertarik pada asupan zat gizi sebagai
determinan penyakit yang dapat dikuantifikasi, dan karenanya penggunaan
indicator biokimia adalah prinsip suatu ukuran asupan asupan zat gizi.
Biomarker makanan terbukti sangat
penting bagi kemajuan epidemiologi gizi. Beberapa penelitian yang dilakukan
baru-baru ini, dengan menggunakan air
berlabel-ganda untuk meng estimasikan pengeluaran energi, telah menemukan
underreporting yang signifikan dan person specific biases pada estimasi
nutrient seperti kecenderungan wanita gemuk. Untuk underestimate asupan
makanan. Identifikasi dan pemahaman tentang efek yang ditimbulkan oleh bias ini
merupakan sebagian tantangan utama dalam riset gizi. Namun demikian, kemajuan
dibidang ini telah terhambat oleh ancaman kekurangan biomarker.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
penggunaan indikator biokimia ?
2. Prediksi
asupan zat gizi dari nilai indikator biokimia status zat gizi ?
3. Apa
yang dimaksud dengan Validitas dan Reproduksibilitas dan bagaimana penggunaannya
?
1.3 Tujuan
penulisan
Untuk mengetahui penggunaan
indicator biokimia, prediksi asupan zat gizi dari nilai indikator biokimia zat
gizi serta untuk mengetahui tentang validitas dan reproduksibilitas.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Penggunaan Indikator Biokimia
Ahli
gizi dan dokter sering menggunakan indikator biokimia sebagai suatu ukuran dari
kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisiologis akan zat gizi tertentu.
Asupan zat gizi hanyalah salah satu determinan status gizi karena taraf zat
gizi di dalam darah atau jaringan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan
gaya hidup seperti merokok atau aktivitas fisik, atau asupan zat gizi lainnya.
Kaitan
penggunaan indikator biokimia adalah untuk memeprediksi risiko, terlepas dari
apakah taraf ukuran biokimia ditentukan oleh asupan pangan atau leh faktor
lainnya. Sebagai contoh, kolesterol serum secara kuat memprediksi risiko penyakit kardiovaskuler-meskipun
asosiasi serum kolesterol dengan kolesterol dalam diet adalah lemah akibat
pengaruh faktor non-diet seperti keragaman genetik, olahraga, dan obesitas pada
taraf kolesterol.
Sebagai
ahli epidemiologi gizi, kita terutama tertarik pada asupan zat gizi sebagai
determinan penyakit yang dapat dikuantifikasi, dan karenanya penggunaan
indicator biokimia adalah prinsip suatu ukuran asupan asupan zat gizi.
Ada
dua penggunaan fundamental indikator biokimia dari asupan pangan atau zat gizi
dalam penelitian epidemiologi. Penggunaan yang paling lazim adalah sebagai
wakil atau pengganti untuk asupan diet aktual dalam penelitian timbulnya
penyakit. Bagi zat gizi yang konsentrasinya sangat beragam dalam pangan
individual dan karenanya tabel komposisi pangan tidak akurat, maka ukuran
biokimia merupakan satu-satunya cara yang layak untuk memperkirakan asupan (
Willet, 1990 ). Variasi dalam pangan dapat terjadi akibat perbedaan geografis
pada kandungan zat gizi dalam tanah. Peggunaan lain bagi indicator biokimia
yang kurang lazim tetapi kemungkinan perlu mendapatkan perhatian di masa
mendatang adalah untuk memvalidasi metode penilaian konsumsi pangan yang lain.
Dengan kata lain, jika indicator biokimia menyediakan suatu indeks yang baik
akan asupan pangan, maka penampilan dari metode lain dapat dinilai dengan
membandingkannya dengan indikator biokimia.
2.1.1 Penggunaan biomarker bagi pengkajian status
gizi pada perorangan dan masyrakat
Keuntungan
utama biomarker terletak pada kenyataan bahwa biomarker merupakan ukuran yang
objektif dan tidak mengalami bias karena pelaporan konsumsi makanan yang
dilakukan sendiri. Namun demikian, penggunaan biomarker pada perorangan atau
masyarakat bergantung pada masalah kepraktisan dan biayanya. Pertimbangan yang
perlu diperhatikian meliputi kemudahan mengakses bagian tubuh untuk pengukuran
(misalnya darah, urin, jaringan adipose); prosedur yang diperlukan bagi
pengambilan pemrosesan, dan penyimpanan
sampel; dan sumberdaya serta teknologi dibutuhkan untuk analisis laboratorium
Tabel
Tujuan pengkajian gizi
|
Data pengkajian yang diperlukan
bagi
|
|
perorangan
|
populasi
|
|
Klinis
|
Digunakan secara luas pada pasien
khususnya, dalam pengkajian malnutrisi energy terkait protein dan defisiensi
zat besi serta mikronutrien lainnya
|
Dapat menentukan karakteristik
populasi pasien dalam memberikan ukuran mean
|
Kesehatan masyarakat
|
Digunakan secara luas (khususnya ukuran
status zat besi) dalam penkajian status gizi perorangan pada tatanan
kesehatan masyarakat dan pantauan gizi nasional
|
Digunaan secara luas ketika mengkaji
status gizi mean kelompok dan terutama berguna ketika mengidentifikasi sub
kelompok berisiko untuk menentukan target bagi upaya kesehatan masyarakat.
|
Riset
|
Umumnya digunakan sebagai ukuran
perorangan pada pajanan konsumsi-makanan, respon terhadap intervensi,
intermediate marker atau outcome yang menjadi focus perhatian
|
Digunakan untuk membandingkan status
gizi mean berdasarkan kelompok.
|
Biomarker
merupakan alat penting bagi pengkajian status gizi karena biomarker bersifat
objektif dan dengan demikian terlepas dari banyak sumber kesalahan serta bias
dalam pelaporan konsumsi makanan yang dilakukan oleh responden sendiri. Table 3
menyampaikan rangkuman tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan
penggunaan biomarker untuk mengkaji status gizi pada perorangan dan masyarakat.
Penggunaan utama data ini, meliputi :
·
Pemberian informasi tentang keakuratan
ukuran asupan makanan: identifikasi dan pemahaman sumber kesalahan pada asupan
makanan yang dilaporkan sendiri dapat membantu dalam menginterpretasikan hasl
penelitian terhadap konsumsi makanan dan penyakit, biomarker juga dapat
berfungsi sebagai outcome penelitisn (misalnya, perubahan pada kadar karotenoid
serum dapat memastikan apakah intervensi untuk meningkatkan asupan buah dan
sayuran efektif )
·
Sebagai ukuran langsung pajanan jaringan
terhadap nutrient atau fitokimia: karena perbedaan metabolic dapat memengaruhi
absorbs dan ekskresi nutrient, makan asupan makanan mungkin hanya sedikit mencerminkan kadar dalam jaringan yang
mungkin merupakan determinan sebenarnya risiko penyakit
·
Sebagai ukuran status gizi untuk
menentukan kecukupan atau risiko makanan (misalnya defisiensi besi)
·
Untuk memperbaiki pemahaman kita tentang
penyebab penyakit: hingga taraf biomarker menjadi bagian dari hubungan kausal
antara makanan dan penyakit, data ini memberikan informasi mekanistik
pathogenesis penyakit.
Ada
ratusan biomarker yang dapat menjalankan satu atau lebih fungsi di atas. Bagian
ini tidak di maksudkan untuk menjadi suatu tinjauan yang komprehensif tentang
biomarker itu sendiri , namun lebih di maksudkan untuk menyampaikan konsep
dasar dan masalah penting di seputar penggunaannya bagi keperluan bagi
keperluan status gizi.
Banyak
biomarker telah digunakan dalam tatanan klinis, kesehatan masyarakat dan riset
untuk menyelidiki kecukupan makanan perorangan maupun populasi atau keseluruhan
status bagi suatu nutrient. Contoh-contoh tipikal biomarker yang berguna
meliputi kadar albumin serum untuk menunjukkan status protein visceral dan
kadar ferritin serum sebagai indicator yang memperlihatkan simpanan zat besi
dalam tubuh. Kegunaan biomarker berdasarkan determinan fisiologi dan determinan ukuran lainnya.
Kadar
sebagian besar mikronutrien dan marker biokimia lainnya dalam peredaran darah
diatur secara homeostatic (misalnya kadar serum kolesterol) karena keberadaan
produksi endogen. Ukuran biokimia dengan pengaturan metabolic yang ketat tidak
akan mengalami variasi yang mengikuti asupan makanan ata status gizi dan dengan
demikian bukan biomarker yang berguna. Sebagai contoh, meskipun vitamin C
terutama terdapat dalam buah dan syuran, namun ukuran ini tidak banyak
memberikan manfaat sebagai biomarker karena hubungan antara asupan vitamin C
dan konsentrasinya dalam plasma hanya terlihat linier sampai ambang batas
tertentu. Penggunaan suplemen vitamin C sering menaikkan tingkatan asupan di
luar kisaran dengan linearitas antara asupan dan konsentrasi plasma terjadi
serta mengaburkan hubungan antara makanan dan konsentrasi dalam jaringan.
Pemahaman
tentang faktor-faktor bukan makanan yang
memengaruhi kadar nutrient dalam jaringan di perlukan untuk menginterpretasikan
konsentrasi biomarker. Sebagai contoh, tokoferol dan karotenoid diangkut dalam
peredaran darah oleh lipoprotein. Karena itu, kadar lipoprotein yang lebih
tinggi yang lebih tinggi mengakibatkan konsentrasi mikronutrien ini yang ada
kaitan dengannya menjadi lebih tinggi pula di dalam peredaran darahtanpa
bergantung pada asupan makanan atau total body pool. Kebiasaan merokok sudah
terbukti menurunkan kadar beberapa mikronutrien dalam serum yang meliputi kadar
vitamin C, tokoferol, karotenoid dan folat. Jika determinan bukan makanan yang
menentukan konsentrasi biomarker diketahui, ukuran mikronutrien yang dipengaruhi dapat dihitung (misalnya,
kadar karotenoid serum memengaruhi kadar kolesterol) dan sejumlah faktor
lainnya untuk model multivariate dapat dikontrol atatu pelaporan ukuran
tersebut dapat distratifikasikan (misalnya kadarvitamin Cbagi perokok versus
bukan perokok).
Sensitivitas
suatu biomarker terhadap asupan makanan juga merupakan reprerentasi angka
pergantian (turnover rate ) dan jumlah relative simpanan total tubuh. Sebagai
contoh, kadar ɑ-tokoferol serum mempresentasikan body pool yang relative besar
dan laju pergantian yang lambat dalam jaringan juka dibandingakan dengan banyak
mikronutrien lainnya. Sementara itu, sejumlah biomarker yang lain (misalnya,
kadar serum vitamin K ) mempresentasikan body pool yang kecil dan kadar dalam
serum yang labil serta bergantung pada asupan makanan yang baru saja dimakan.
2.2 Prediksi asupan zat gizi dari
nilai indikator biokimia status zat gizi
Secara
masuk akal diasumsikan bahwa setiap indeks biokimia, fungsional, atau klinis
dari status gizi esensial ( yaitu setiap komponen esensial makanan ) atau
non-gizi adalah kemungkinan dikaitkan paling tidak dengan bagian dari
keseluruhan rentang nilai yang diamati ke jumlah yang terdapat di dalam diet.
Oleh karena itu, paling tidak secara potensial indeks adalah suatu indikator
dari asupan zat gizi atau komponen penyusun pangan yang lain.
Pentingnya indikator biokimia
diilustrasikan pada penelitian follow up indicator paparan aflatoksin dalam
kaitannya dengan kanker hati. Rentang kontaminasi aflatoksin pangan sangat
lebar sehingga penggunaan tabel taraf rata-rata kontaminasi pangan tidak mungkin
menyatakan paparan individual .Risiko relative kanker dari kontaminasi
aflatoksin hanya 0,9 dan paparan tidak signifikan, seperti yang dinilai dengan
wawancara mengenai frekuensi konsumsi 45 jenis pangan. Namun demikian,
indicator biokimia paparan aflatokdin di dalam sampel unrin yang diperoleh dari
individu pada kohort, dapat mendeteksi risiko relative substansial yang
bermakna bagi kanker hati dalam urutan 6-19. Risiko relatifnya adalah 59,4 (
16,6-212,0 ) pada individu dengan indicator biokimia urin positif, baik untuk
aflatoksin maupun hepatitis B ( Margetts & Nelson, 1997 ).
Bagaimanapun, tidak dapat
diasumsikan akan terdapat hubungan yang erat atau sederhana antara jumlah dalam
diet dan nilai yang diperoleh dari pengukuran laboratorium atau pengukiran
kuantitatif lain dari indeks status. Tentu saja, tujuan pokok dalam
mengembangkan indeks ini bukan untuk memprediksi atau mmperkirakan jumlah yang
tersedia untuk jaringan tubuh yang esensial dan rentan dengan maksud untuk
menentukan tahapan yang berbeda yaitu defisiensi, kecukupan, atau kemungkinan
kelebihan pada tingkat jaringan. Oleh karena itu, pengukuran independen dari
asupan, status indicator biokimia, dan indeks status fungsional dan klinis
ketika ditambahkan bersama-sama, akan memberikan tiga jendela pada taraf
kecukupan zat gizi individu ( atau kelompok individu ) yang diteliti.
Penelitian epidemiologi dapat secara
independen menginvestigasi tiga pernyataan yaitu : (1) apakah diet mempengaruhi
risiko, (2) apakah status status indikator biokimia mempengaruhi risiko, dan
(3) apakah status funsgional mempengaruhi risiko. Jawaban dapat berbeda dalam
setiap kasus, tetapi kesesuaian antara dua ukuran independen , katakanlah diet
dan risiko, dan indikator biokimia diet dam risiko, membolehkan kepercayaan
yang lebih tinggi berkaitan dengan keakuratan dan validitas hasil ( Margetts
& Nelson, 1997).
Indikator biokimia juga digunakan
untuk memvalidasi keakuratan metode penilaian konsumsi makanan, tetapi kajian
terdahulu pada kondisi terkendali (sebagai contoh, suatu deretan metabolik )
perlu untuk memastikan bahwa prediksi dengan indikator biokimia pada manusia
yang mengonsumsi berbagai diet paling tidak akan sebaik metode penilaian asupan
makanan yang divalidasi. Banyak indikator biokimia makanan telah diteliti
dengan cara ini.
2.3 Validitas dan Reproduksibilitas
Faktor
yang menentukan kualitas data laboratorium adalah pusat dari setiap diskusi
dari pengendalian mutu dalam kimia klinis. Prosedur pengujian (assay procedure)
yang digunakan harus sensitive, kuat, bebas dari fluktuasi jangka pendek dan
penyimpangan jangka panjang, serta bebas dari interferensi dari komponen sampel
lain untuk menghasilkan kumpulan data yang reliabel (dapat dipercaya).
Table
pilihan indicator biokimia atau indeks untuk zat gizi yang dikelompokkan
berdasarkan hubungan temporalnya dengan asupan gizi.
KOMPARTEMEN
|
ZAT GIZI
|
KOMENTAR
|
Indeks Jangka
Pendek*
|
||
Feses
|
Ion anorganik
Lipid
|
Hanya
merupakan uji keseimbangan; untuk prediksi lipid seseorang, perlu
dipertimbangkan produk endogen dan kontribusi bakteri usus.
|
Urin
|
Vit. B (bukan Folat
dan Vit. B12)
Vit. C
Na+, K+,
Ca2+, Mg2+
Halida, Sulfat,
Selenium
Nitrogen, Urea,
Kreatinin, 3-Metil Histidin, Asam Amino Belerang
|
Variasi paling
besar, dan karenanya kekuatan prediktif pada asupan sedang ke tinggi
Diperlukan
pengumpulan yang lengkap serta hari yang cukup untuk memperoleh presisi yang
diharapkan.
|
Garam Empedu
|
Kolesterol
|
Hanya
merupakan studi metabolic dirumah sakit.
|
Napas
|
Serat (Hidrogen,
Metan)
|
Validitas tidak
tentu
|
Serum/Plasma
|
Semua vitamin, tetapi
terutama Vit B12, Vit. C, dan vitamin larut dalam lemak
Beberapa zat gizi
inorganic
Kolesterol, Ester
Kolesterol, Fosfolipid, Trigliserida, Asam Lemak bebas
|
asupan untuk
kekuatan prediktif bervariasi antar zat gizi, misalnya rentangnya lebar untuk
vitamin larut air dan rentangnya sempit untuk Vit. A
Kekuatan
prediktif bervariasi antar zat gizi
Untuk
Trigliserida dan Asam lemak bebas, dapat dipengaruhi oleh diet saat ini. Asam
lemak total dapat diukur. Analisis yang lebih baik didapatkan pada sub fraksi
secara terpisah.
|
Indeks Jangka
Menengah/Panjang
|
||
Sel Darah Merah
|
Vit. B1, B2,
B6, Niasin, Folat, Se, Cu2+
Asam Lemak
|
Indeks
aktivasi enzim
Konsentrasi
kofaktor total
Glutatiom
Peroksidase
Super Oksida
Dismutase
|
Sel Darah Putih
|
Vit. C, Zn, Se
Asam Lemak
|
Pakaian tebal
yang menutupi seluruh tubuh umumnya digunakan; Tipe sel terpisah mungkin
lebih baik
Monosit dapat
menjadi indicator jangka pendek
|
Rambut, Kuku jari
|
Zn, Cu, Elemen
sekelumit (Trace Element) lain
|
Interpretasi
kontroversial
|
Cheek Cell (Sel Pipi)
|
Asam lemak fosfolipid
|
Validitas
tidak tentu
|
Jaringan Adiposa
|
Asam Lemak
|
Berguna pada
studi metabolic eksperimen
|
Sumber : Margetts &
Nelson (1997)
Beberapa
vitamin tidak stabil terhadap panas, cahaya, oksigen, dan sebagainya, dan
karenanya akan mengalami kerusakan selama penyimpanan. Itulah sebabnya penting
untuk menetapkan jadwal penyimpanan optimum, misalnya penambahan vitamin C
sebagai pengawet bagi folat, eliminasi paparan cahaya bagi riboflavin, serta
eliminasi hemolysis untuk vitamin A.
Validitas
mengimplikasikan bahwa data adalah benar, dan ukuran variable tidak bias.
Karena ilmu gizi adalah disiplin international, maka akan menjadi hal yang penting
bahwa hasil dari satu laboratorium dapat diperbandingkan dengan hasil dari
laboratorium yang lain, dan diperhatikan terhadap aspek validitas bersama harus
tidak diabaikan.
Validitas
dan reproduksibilitas, keduanya penting dalam pengukuran indicator biokimia.
Validitas tampaknya dapat lebih sulit untuk dicapai karena sebagian besar
pengukuran indicator biokimia melibatkan beberapa tahapan dimana bias dapat
terjadi selama prosedur dan secara konsisten menaikkan atau menurunkan hasil
akhir.
ZAT GIZI
|
PROSES
|
EFEK
|
KEMUNGKINAN SUMBER VARIASI
|
Karotenoid
|
Pemecahan ke retinol dimukosa
|
Konversi ke vitamin A
|
Jumlah karotenoid, Vit. A dan E, Lemak
dan kemungkinan protein dalam diet.
|
Ester
Vitamin A
Vitamin K
|
De-Esterifikiasi oleh enzim Lipase
Sintesis Menaquinon oleh Flira
Intestinal
|
Konversi ke retinol bebas kemungkinan
kontribusi ke vitamin K
|
Dapat mempengaruhi ketersediaan
vitamin A pada bayi
Variasi dalam flora usus
|
Tiamin
|
Destruksi oleh enzim Tiaminase
|
Hilang
|
Metode penyediaan pangan, ikan mentah
|
Tiamin dan Niasin
Folat
|
Interaksi dengan mikotoksin
Pelepasan rantai poliglutamin
|
Penurunan keterssediaan
Peningkatan ketersediaan
|
Kontaminasi mikotoksin dalam pangan,
terutama nasi
Bervariasi dengan metode penyediaan,
dan kemungkinan juga antar individu
|
Vitamin B12
|
Pelepasan dari bentuk terukat protein
dalam pangan
Adsorbsi ke salivary Haptocorin dan
faktor intrinsic lambung
|
Sangat meningkatakan ketersediaan
|
Esensial untuk absorpsi yang adekuat;
kegagalan faktor intrinsic terutama pada anemia pernisiosa
Dipengaruhi oleh beberapa kondisi
medic yang abnormal, yang cenderung meningkat dengan bertambahnya usia
|
Semua ion logam multivalen
|
Interaksi dengan pitat dan polianium
organic lain dalam pangan
|
Biasanya mengurangi ketersediaan
|
Keseimbangan antara pangan hewani dan
nabati; tingkat diet protein dan yang meningkatkan penyerapan yang lain.
|
Kalsium
|
Induksi kalsium terikat protein oleh
vitamin D
|
Meningkatkan absorpsi
|
Determinan status vitamin D (cahaya,
sumber); determinan keseimbangan hormone, pembatasan absorpsi yang berlebihan
|
Besi
|
Interaksi Agen pereduksi, misalnya
askorbat, protein, dll
|
Meningkatkan absorpsi
|
Persaingan antara ion metal dan
interaksi setiap metal dalam food chelator
|
Seng, tembaga
|
Interaksi dengan protein, dll
|
Meningkatkan absorpsi
|
Pemanasan dan hidrogenasi minyak dalam
pembentukan margarin
|
Lipid
|
Isomer chis ke trans
|
Penurunan ketersediaan
|
Metode penyediaan pangan
|
Protein
|
Reaksi Millart; Inhibitor protease
dalam legum
|
Penurunan ketersediaan
Penurunan absorpsi
|
-
|
Reproduksibilitas, istilah ini menggambarkan sejauh mana
sebuah alat atau sarana penelitian dapat memberikan hasil yang sama ketika
digunakan secara berulang-ulang dalam lingkungan atau kondisi yang sama. Reproduksibilitas
(presisi) mengimplikasikan releabilitas dan mengungkapkan variabilitas hasil
yang diperoleh ketika suatu sampel tunggal yang diukur berulang kali. Dalam
praktisnya, mean dan simpangan baku diukur dari beberapa pengukuran pada sampel
(umumnya 20) dan biasanya untuk memperoleh koefisien keragaman (coeffisien of
variation, CV) [CV=(SD/x)x100%). Koefisien keragaman ini idealnya dihitung dari
sampel pada dasar tengah, dan puncak dari rentang acuan. CV menggambarkan
jumlah dari semua faktor laboratorium yang dapat mempengaruhi hasil, dan
idealnya tidak melebihi 5%. Metode yang paling sederhana akan memiliki CV dan
umumnya hasil yang diperoleh ketika CV melenihi 20% harus diuji atau diperiksa
secara hati-hati.
CV
yang rendah dapat tidak diperoleh ketika metode baru digunakan untuk pertama
kali. Hal ini disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman didalam
teknik yang baru ini mungkin belum diketahui, tetapi mengukur CV membuat orang
sadar akan potensi masalah dan masalah dan seiring waktu dan pengalaman, sumber
kesalahan akan diidentifikasi dan dihilangkan sehingga CV akan lebih baik.
Makin berpengalaman laboratorium dan analisnya dengan metode tertentu, maka kemungkinan
CV akan diperoleh semaikn rendah. Oleh karena itu, reproduksibilitas adalah
suatu ukuran dari praktek laboratorium yan baik.
Validitas menggambarkan sejauh mana
sebuah pengukuran itu memberikan hasil yang benar dan ukuran yang akurat
terhadap apa yang ingin diukur. Penetapan validitas memerlukan suatu ukuran
acuan eksternalagar metode pengukuran yang akan diuji (metode pengukuran yang
akan digunakan dalam aktivitas riset atau survey yang utama) dapat dibandingkan
dengannya. Dalam bidang gizi tidak terdapat ukuran acuan kebenaran yang mutlak.
Misalnya setiap pengukuran asupan makanan, meliputi beberapa unsur bias. Hal
terbaik yang dapat dilakukan adalah mengkaji validitas relative atau congruent
validity pada berbagai pengukuran dengan membandingkan hasil-hasil yang didapat
dengan alat uji yang diyakini akan memberikan ukuran asupan makanan atau
nutrient yang lebih akurat seperti misalnya biomarker atau penanda hayati.Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes
memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti
memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999: 65).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Indikator biokimia sebagai suatu ukuran dari
kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisiologis akan zat gizi tertentu.
Asupan zat gizi hanyalah salah satu determinan status gizi karena taraf zat
gizi di dalam darah atau jaringan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan
gaya hidup seperti merokok atau aktivitas fisik, atau asupan zat gizi lainnya.
Setiap indeks biokimia, fungsional, atau klinis dari
status gizi esensial ( yaitu setiap komponen esensial makanan ) atau non-gizi
adalah kemungkinan dikaitkan paling tidak dengan bagian dari keseluruhan
rentang nilai yang diamati ke jumlah yang terdapat di dalam diet. Oleh karena
itu, paling tidak secara potensial indeks adalah suatu indikator dari asupan
zat gizi atau komponen penyusun pangan yang lain.
Faktor yang menentukan kualitas data
laboratorium adalah pusat dari setiap diskusi dari pengendalian mutu dalam
kimia klinis. Prosedur pengujian (assay procedure) yang digunakan harus
sensitive, kuat, bebas dari fluktuasi jangka pendek dan penyimpangan jangka
panjang, serta bebas dari interferensi dari komponen sampel lain untuk
menghasilkan kumpulan data yang reliabel (dapat dipercaya).
DAFTAR PUSTAKA
I Dewa Nyoman Supariasa, B. B. I. F., 2001. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: EGC.
Michael J.Gibney, B. M. J. M. L. A., 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat.
cetakan I :2009 ed. Jakarta: EGC.
http://undip.ac.id/files/2010/10/validitasreliabilitas_kwrto_.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar