Selasa, 22 November 2016

Makalah Indikator Biokimia Zat Gizi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ahli gizi dan dokter sering menggunakan indikator biokimia sebagai suatu ukuran dari kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisiologis akan zat gizi tertentu. Asupan zat gizi hanyalah salah satu determinan status gizi karena taraf zat gizi di dalam darah atau jaringan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan gaya hidup seperti merokok atau aktivitas fisik, atau asupan zat gizi lainnya.
Sebagai ahli epidemiologi gizi, kita terutama tertarik pada asupan zat gizi sebagai determinan penyakit yang dapat dikuantifikasi, dan karenanya penggunaan indicator biokimia adalah prinsip suatu ukuran asupan asupan zat gizi.
Biomarker makanan terbukti sangat penting bagi kemajuan epidemiologi gizi. Beberapa penelitian yang dilakukan baru-baru ini, dengan  menggunakan air berlabel-ganda untuk meng estimasikan pengeluaran energi, telah menemukan underreporting yang signifikan dan person specific biases pada estimasi nutrient seperti kecenderungan wanita gemuk. Untuk underestimate asupan makanan. Identifikasi dan pemahaman tentang efek yang ditimbulkan oleh bias ini merupakan sebagian tantangan utama dalam riset gizi. Namun demikian, kemajuan dibidang ini telah terhambat oleh ancaman kekurangan biomarker.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penggunaan indikator biokimia ?
2.      Prediksi asupan zat gizi dari nilai indikator biokimia status zat gizi ?
3.      Apa yang dimaksud dengan Validitas dan Reproduksibilitas dan bagaimana penggunaannya ?

1.3  Tujuan penulisan
Untuk mengetahui penggunaan indicator biokimia, prediksi asupan zat gizi dari nilai indikator biokimia zat gizi serta untuk mengetahui tentang validitas dan reproduksibilitas.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penggunaan Indikator Biokimia
Ahli gizi dan dokter sering menggunakan indikator biokimia sebagai suatu ukuran dari kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisiologis akan zat gizi tertentu. Asupan zat gizi hanyalah salah satu determinan status gizi karena taraf zat gizi di dalam darah atau jaringan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan gaya hidup seperti merokok atau aktivitas fisik, atau asupan zat gizi lainnya.
Kaitan penggunaan indikator biokimia adalah untuk memeprediksi risiko, terlepas dari apakah taraf ukuran biokimia ditentukan oleh asupan pangan atau leh faktor lainnya. Sebagai contoh, kolesterol serum secara kuat memprediksi  risiko penyakit kardiovaskuler-meskipun asosiasi serum kolesterol dengan kolesterol dalam diet adalah lemah akibat pengaruh faktor non-diet seperti keragaman genetik, olahraga, dan obesitas pada taraf kolesterol.
Sebagai ahli epidemiologi gizi, kita terutama tertarik pada asupan zat gizi sebagai determinan penyakit yang dapat dikuantifikasi, dan karenanya penggunaan indicator biokimia adalah prinsip suatu ukuran asupan asupan zat gizi.
Ada dua penggunaan fundamental indikator biokimia dari asupan pangan atau zat gizi dalam penelitian epidemiologi. Penggunaan yang paling lazim adalah sebagai wakil atau pengganti untuk asupan diet aktual dalam penelitian timbulnya penyakit. Bagi zat gizi yang konsentrasinya sangat beragam dalam pangan individual dan karenanya tabel komposisi pangan tidak akurat, maka ukuran biokimia merupakan satu-satunya cara yang layak untuk memperkirakan asupan ( Willet, 1990 ). Variasi dalam pangan dapat terjadi akibat perbedaan geografis pada kandungan zat gizi dalam tanah. Peggunaan lain bagi indicator biokimia yang kurang lazim tetapi kemungkinan perlu mendapatkan perhatian di masa mendatang adalah untuk memvalidasi metode penilaian konsumsi pangan yang lain. Dengan kata lain, jika indicator biokimia menyediakan suatu indeks yang baik akan asupan pangan, maka penampilan dari metode lain dapat dinilai dengan membandingkannya dengan indikator biokimia.

2.1.1   Penggunaan biomarker bagi pengkajian status gizi pada perorangan dan masyrakat
Keuntungan utama biomarker terletak pada kenyataan bahwa biomarker merupakan ukuran yang objektif dan tidak mengalami bias karena pelaporan konsumsi makanan yang dilakukan sendiri. Namun demikian, penggunaan biomarker pada perorangan atau masyarakat bergantung pada masalah kepraktisan dan biayanya. Pertimbangan yang perlu diperhatikian meliputi kemudahan mengakses bagian tubuh untuk pengukuran (misalnya darah, urin, jaringan adipose); prosedur yang diperlukan bagi pengambilan  pemrosesan, dan penyimpanan sampel; dan sumberdaya serta teknologi dibutuhkan untuk analisis laboratorium
Tabel
Tujuan pengkajian gizi
Data pengkajian yang diperlukan bagi
perorangan
populasi
Klinis
Digunakan secara luas pada pasien khususnya, dalam pengkajian malnutrisi energy terkait protein dan defisiensi zat besi serta mikronutrien lainnya
Dapat menentukan karakteristik populasi pasien dalam memberikan ukuran mean
Kesehatan masyarakat
Digunakan secara luas (khususnya ukuran status zat besi) dalam penkajian status gizi perorangan pada tatanan kesehatan masyarakat dan pantauan gizi nasional
Digunaan secara luas ketika mengkaji status gizi mean kelompok dan terutama berguna ketika mengidentifikasi sub kelompok berisiko untuk menentukan target bagi upaya kesehatan masyarakat.
Riset
Umumnya digunakan sebagai ukuran perorangan pada pajanan konsumsi-makanan, respon terhadap intervensi, intermediate marker atau outcome yang menjadi focus perhatian
Digunakan untuk membandingkan status gizi mean berdasarkan kelompok.
Biomarker merupakan alat penting bagi pengkajian status gizi karena biomarker bersifat objektif dan dengan demikian terlepas dari banyak sumber kesalahan serta bias dalam pelaporan konsumsi makanan yang dilakukan oleh responden sendiri. Table 3 menyampaikan rangkuman tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan penggunaan biomarker untuk mengkaji status gizi pada perorangan dan masyarakat. Penggunaan utama data ini, meliputi :
·         Pemberian informasi tentang keakuratan ukuran asupan makanan: identifikasi dan pemahaman sumber kesalahan pada asupan makanan yang dilaporkan sendiri dapat membantu dalam menginterpretasikan hasl penelitian terhadap konsumsi makanan dan penyakit, biomarker juga dapat berfungsi sebagai outcome penelitisn (misalnya, perubahan pada kadar karotenoid serum dapat memastikan apakah intervensi untuk meningkatkan asupan buah dan sayuran efektif )
·         Sebagai ukuran langsung pajanan jaringan terhadap nutrient atau fitokimia: karena perbedaan metabolic dapat memengaruhi absorbs dan ekskresi nutrient, makan asupan makanan mungkin hanya sedikit  mencerminkan kadar dalam jaringan yang mungkin merupakan determinan sebenarnya risiko penyakit
·         Sebagai ukuran status gizi untuk menentukan kecukupan atau risiko makanan (misalnya defisiensi besi)
·         Untuk memperbaiki pemahaman kita tentang penyebab penyakit: hingga taraf biomarker menjadi bagian dari hubungan kausal antara makanan dan penyakit, data ini memberikan informasi mekanistik pathogenesis penyakit.
Ada ratusan biomarker yang dapat menjalankan satu atau lebih fungsi di atas. Bagian ini tidak di maksudkan untuk menjadi suatu tinjauan yang komprehensif tentang biomarker itu sendiri , namun lebih di maksudkan untuk menyampaikan konsep dasar dan masalah penting di seputar penggunaannya bagi keperluan bagi keperluan status gizi.
Banyak biomarker telah digunakan dalam tatanan klinis, kesehatan masyarakat dan riset untuk menyelidiki kecukupan makanan perorangan maupun populasi atau keseluruhan status bagi suatu nutrient. Contoh-contoh tipikal biomarker yang berguna meliputi kadar albumin serum untuk menunjukkan status protein visceral dan kadar ferritin serum sebagai indicator yang memperlihatkan simpanan zat besi dalam tubuh. Kegunaan biomarker berdasarkan determinan  fisiologi dan determinan ukuran lainnya.
Kadar sebagian besar mikronutrien dan marker biokimia lainnya dalam peredaran darah diatur secara homeostatic (misalnya kadar serum kolesterol) karena keberadaan produksi endogen. Ukuran biokimia dengan pengaturan metabolic yang ketat tidak akan mengalami variasi yang mengikuti asupan makanan ata status gizi dan dengan demikian bukan biomarker yang berguna. Sebagai contoh, meskipun vitamin C terutama terdapat dalam buah dan syuran, namun ukuran ini tidak banyak memberikan manfaat sebagai biomarker karena hubungan antara asupan vitamin C dan konsentrasinya dalam plasma hanya terlihat linier sampai ambang batas tertentu. Penggunaan suplemen vitamin C sering menaikkan tingkatan asupan di luar kisaran dengan linearitas antara asupan dan konsentrasi plasma terjadi serta mengaburkan hubungan antara makanan dan konsentrasi dalam jaringan.
Pemahaman tentang faktor-faktor bukan makanan  yang memengaruhi kadar nutrient dalam jaringan di perlukan untuk menginterpretasikan konsentrasi biomarker. Sebagai contoh, tokoferol dan karotenoid diangkut dalam peredaran darah oleh lipoprotein. Karena itu, kadar lipoprotein yang lebih tinggi yang lebih tinggi mengakibatkan konsentrasi mikronutrien ini yang ada kaitan dengannya menjadi lebih tinggi pula di dalam peredaran darahtanpa bergantung pada asupan makanan atau total body pool. Kebiasaan merokok sudah terbukti menurunkan kadar beberapa mikronutrien dalam serum yang meliputi kadar vitamin C, tokoferol, karotenoid dan folat. Jika determinan bukan makanan yang menentukan konsentrasi biomarker diketahui, ukuran mikronutrien  yang dipengaruhi dapat dihitung (misalnya, kadar karotenoid serum memengaruhi kadar kolesterol) dan sejumlah faktor lainnya untuk model multivariate dapat dikontrol atatu pelaporan ukuran tersebut dapat distratifikasikan (misalnya kadarvitamin Cbagi perokok versus bukan perokok).
Sensitivitas suatu biomarker terhadap asupan makanan juga merupakan reprerentasi angka pergantian (turnover rate ) dan jumlah relative simpanan total tubuh. Sebagai contoh, kadar ɑ-tokoferol serum mempresentasikan body pool yang relative besar dan laju pergantian yang lambat dalam jaringan juka dibandingakan dengan banyak mikronutrien lainnya. Sementara itu, sejumlah biomarker yang lain (misalnya, kadar serum vitamin K ) mempresentasikan body pool yang kecil dan kadar dalam serum yang labil serta bergantung pada asupan makanan yang baru saja dimakan.


2.2 Prediksi asupan zat gizi dari nilai indikator biokimia status zat gizi
            Secara masuk akal diasumsikan bahwa setiap indeks biokimia, fungsional, atau klinis dari status gizi esensial ( yaitu setiap komponen esensial makanan ) atau non-gizi adalah kemungkinan dikaitkan paling tidak dengan bagian dari keseluruhan rentang nilai yang diamati ke jumlah yang terdapat di dalam diet. Oleh karena itu, paling tidak secara potensial indeks adalah suatu indikator dari asupan zat gizi atau komponen penyusun pangan yang lain.
            Pentingnya indikator biokimia diilustrasikan pada penelitian follow up indicator paparan aflatoksin dalam kaitannya dengan kanker hati. Rentang kontaminasi aflatoksin pangan sangat lebar sehingga penggunaan tabel taraf rata-rata kontaminasi pangan tidak mungkin menyatakan paparan individual .Risiko relative kanker dari kontaminasi aflatoksin hanya 0,9 dan paparan tidak signifikan, seperti yang dinilai dengan wawancara mengenai frekuensi konsumsi 45 jenis pangan. Namun demikian, indicator biokimia paparan aflatokdin di dalam sampel unrin yang diperoleh dari individu pada kohort, dapat mendeteksi risiko relative substansial yang bermakna bagi kanker hati dalam urutan 6-19. Risiko relatifnya adalah 59,4 ( 16,6-212,0 ) pada individu dengan indicator biokimia urin positif, baik untuk aflatoksin maupun hepatitis B ( Margetts & Nelson, 1997 ).
            Bagaimanapun, tidak dapat diasumsikan akan terdapat hubungan yang erat atau sederhana antara jumlah dalam diet dan nilai yang diperoleh dari pengukuran laboratorium atau pengukiran kuantitatif lain dari indeks status. Tentu saja, tujuan pokok dalam mengembangkan indeks ini bukan untuk memprediksi atau mmperkirakan jumlah yang tersedia untuk jaringan tubuh yang esensial dan rentan dengan maksud untuk menentukan tahapan yang berbeda yaitu defisiensi, kecukupan, atau kemungkinan kelebihan pada tingkat jaringan. Oleh karena itu, pengukuran independen dari asupan, status indicator biokimia, dan indeks status fungsional dan klinis ketika ditambahkan bersama-sama, akan memberikan tiga jendela pada taraf kecukupan zat gizi individu ( atau kelompok individu ) yang diteliti.
            Penelitian epidemiologi dapat secara independen menginvestigasi tiga pernyataan yaitu : (1) apakah diet mempengaruhi risiko, (2) apakah status status indikator biokimia mempengaruhi risiko, dan (3) apakah status funsgional mempengaruhi risiko. Jawaban dapat berbeda dalam setiap kasus, tetapi kesesuaian antara dua ukuran independen , katakanlah diet dan risiko, dan indikator biokimia diet dam risiko, membolehkan kepercayaan yang lebih tinggi berkaitan dengan keakuratan dan validitas hasil ( Margetts & Nelson, 1997).
            Indikator biokimia juga digunakan untuk memvalidasi keakuratan metode penilaian konsumsi makanan, tetapi kajian terdahulu pada kondisi terkendali (sebagai contoh, suatu deretan metabolik ) perlu untuk memastikan bahwa prediksi dengan indikator biokimia pada manusia yang mengonsumsi berbagai diet paling tidak akan sebaik metode penilaian asupan makanan yang divalidasi. Banyak indikator biokimia makanan telah diteliti dengan cara ini.
2.3 Validitas dan Reproduksibilitas
Faktor yang menentukan kualitas data laboratorium adalah pusat dari setiap diskusi dari pengendalian mutu dalam kimia klinis. Prosedur pengujian (assay procedure) yang digunakan harus sensitive, kuat, bebas dari fluktuasi jangka pendek dan penyimpangan jangka panjang, serta bebas dari interferensi dari komponen sampel lain untuk menghasilkan kumpulan data yang reliabel (dapat dipercaya).
Table pilihan indicator biokimia atau indeks untuk zat gizi yang dikelompokkan berdasarkan hubungan temporalnya dengan asupan gizi.
KOMPARTEMEN
ZAT GIZI
KOMENTAR
Indeks Jangka Pendek*
Feses





Ion anorganik
Lipid




Hanya merupakan uji keseimbangan; untuk prediksi lipid seseorang, perlu dipertimbangkan produk endogen dan kontribusi bakteri usus.

Urin

Vit. B (bukan Folat dan Vit. B12)
Vit. C
Na+, K+, Ca2+, Mg2+
Halida, Sulfat, Selenium

Nitrogen, Urea, Kreatinin, 3-Metil Histidin, Asam Amino Belerang
Variasi paling besar, dan karenanya kekuatan prediktif pada asupan sedang ke tinggi


Diperlukan pengumpulan yang lengkap serta hari yang cukup untuk memperoleh presisi yang diharapkan.
Garam Empedu
Kolesterol
Hanya merupakan studi metabolic dirumah sakit.

Napas
Serat (Hidrogen, Metan)
Validitas tidak tentu
Serum/Plasma
Semua vitamin, tetapi terutama Vit B12, Vit. C, dan vitamin larut dalam lemak


Beberapa zat gizi inorganic


Kolesterol, Ester Kolesterol, Fosfolipid, Trigliserida, Asam Lemak bebas
asupan untuk kekuatan prediktif bervariasi antar zat gizi, misalnya rentangnya lebar untuk vitamin larut air dan rentangnya sempit untuk Vit. A
Kekuatan prediktif bervariasi antar zat gizi
Untuk Trigliserida dan Asam lemak bebas, dapat dipengaruhi oleh diet saat ini. Asam lemak total dapat diukur. Analisis yang lebih baik didapatkan pada sub fraksi secara terpisah.

Indeks Jangka Menengah/Panjang
Sel Darah Merah
Vit. B1, B2, B6, Niasin, Folat, Se, Cu2+
Asam Lemak
Indeks aktivasi enzim
Konsentrasi kofaktor total
Glutatiom Peroksidase
Super Oksida Dismutase
Sel Darah Putih
Vit. C, Zn, Se
Asam Lemak

Pakaian tebal yang menutupi seluruh tubuh umumnya digunakan; Tipe sel terpisah mungkin lebih baik
Monosit dapat menjadi indicator jangka pendek
Rambut, Kuku jari
Zn, Cu, Elemen sekelumit (Trace Element) lain
Interpretasi kontroversial

Cheek Cell (Sel Pipi)
Asam lemak fosfolipid
Validitas tidak tentu

Jaringan Adiposa
Asam Lemak
Berguna pada studi metabolic eksperimen

Sumber : Margetts & Nelson (1997)
Beberapa vitamin tidak stabil terhadap panas, cahaya, oksigen, dan sebagainya, dan karenanya akan mengalami kerusakan selama penyimpanan. Itulah sebabnya penting untuk menetapkan jadwal penyimpanan optimum, misalnya penambahan vitamin C sebagai pengawet bagi folat, eliminasi paparan cahaya bagi riboflavin, serta eliminasi hemolysis untuk vitamin A.
Validitas mengimplikasikan bahwa data adalah benar, dan ukuran variable tidak bias. Karena ilmu gizi adalah disiplin international, maka akan menjadi hal yang penting bahwa hasil dari satu laboratorium dapat diperbandingkan dengan hasil dari laboratorium yang lain, dan diperhatikan terhadap aspek validitas bersama harus tidak diabaikan.
Validitas dan reproduksibilitas, keduanya penting dalam pengukuran indicator biokimia. Validitas tampaknya dapat lebih sulit untuk dicapai karena sebagian besar pengukuran indicator biokimia melibatkan beberapa tahapan dimana bias dapat terjadi selama prosedur dan secara konsisten menaikkan atau menurunkan hasil akhir.
ZAT GIZI
PROSES
EFEK
KEMUNGKINAN SUMBER VARIASI
Karotenoid
Pemecahan ke retinol dimukosa
Konversi ke vitamin A
Jumlah karotenoid, Vit. A dan E, Lemak dan kemungkinan protein dalam diet.
Ester
Vitamin A
Vitamin K
De-Esterifikiasi oleh enzim Lipase
Sintesis Menaquinon oleh Flira Intestinal
Konversi ke retinol bebas kemungkinan kontribusi ke vitamin K
Dapat mempengaruhi ketersediaan vitamin A pada bayi
Variasi dalam flora usus
Tiamin
Destruksi oleh enzim Tiaminase
Hilang
Metode penyediaan pangan, ikan mentah
Tiamin dan Niasin

Folat
Interaksi dengan mikotoksin


Pelepasan rantai poliglutamin
Penurunan keterssediaan

Peningkatan ketersediaan
Kontaminasi mikotoksin dalam pangan, terutama nasi
Bervariasi dengan metode penyediaan, dan kemungkinan juga antar individu
Vitamin B12
Pelepasan dari bentuk terukat protein dalam pangan




Adsorbsi ke salivary Haptocorin dan faktor intrinsic lambung
Sangat meningkatakan ketersediaan
Esensial untuk absorpsi yang adekuat; kegagalan faktor intrinsic terutama pada anemia pernisiosa
Dipengaruhi oleh beberapa kondisi medic yang abnormal, yang cenderung meningkat dengan bertambahnya usia
Semua ion logam multivalen
Interaksi dengan pitat dan polianium organic lain dalam pangan
Biasanya mengurangi ketersediaan
Keseimbangan antara pangan hewani dan nabati; tingkat diet protein dan yang meningkatkan penyerapan yang lain.
Kalsium
Induksi kalsium terikat protein oleh vitamin D
Meningkatkan absorpsi
Determinan status vitamin D (cahaya, sumber); determinan keseimbangan hormone, pembatasan absorpsi yang berlebihan
Besi
Interaksi Agen pereduksi, misalnya askorbat, protein, dll
Meningkatkan absorpsi
Persaingan antara ion metal dan interaksi setiap metal dalam food chelator
Seng, tembaga
Interaksi dengan protein, dll
Meningkatkan absorpsi
Pemanasan dan hidrogenasi minyak dalam pembentukan margarin
Lipid
Isomer chis ke trans
Penurunan ketersediaan
Metode penyediaan pangan
Protein
Reaksi Millart; Inhibitor protease dalam legum
Penurunan ketersediaan
Penurunan absorpsi
-

            Reproduksibilitas, istilah ini menggambarkan sejauh mana sebuah alat atau sarana penelitian dapat memberikan hasil yang sama ketika digunakan secara berulang-ulang dalam lingkungan atau kondisi yang sama. Reproduksibilitas (presisi) mengimplikasikan releabilitas dan mengungkapkan variabilitas hasil yang diperoleh ketika suatu sampel tunggal yang diukur berulang kali. Dalam praktisnya, mean dan simpangan baku diukur dari beberapa pengukuran pada sampel (umumnya 20) dan biasanya untuk memperoleh koefisien keragaman (coeffisien of variation, CV) [CV=(SD/x)x100%). Koefisien keragaman ini idealnya dihitung dari sampel pada dasar tengah, dan puncak dari rentang acuan. CV menggambarkan jumlah dari semua faktor laboratorium yang dapat mempengaruhi hasil, dan idealnya tidak melebihi 5%. Metode yang paling sederhana akan memiliki CV dan umumnya hasil yang diperoleh ketika CV melenihi 20% harus diuji atau diperiksa secara hati-hati.
CV yang rendah dapat tidak diperoleh ketika metode baru digunakan untuk pertama kali. Hal ini disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman didalam teknik yang baru ini mungkin belum diketahui, tetapi mengukur CV membuat orang sadar akan potensi masalah dan masalah dan seiring waktu dan pengalaman, sumber kesalahan akan diidentifikasi dan dihilangkan sehingga CV akan lebih baik. Makin berpengalaman laboratorium dan analisnya dengan metode tertentu, maka kemungkinan CV akan diperoleh semaikn rendah. Oleh karena itu, reproduksibilitas adalah suatu ukuran dari praktek laboratorium yan baik.
Validitas menggambarkan sejauh mana sebuah pengukuran itu memberikan hasil yang benar dan ukuran yang akurat terhadap apa yang ingin diukur. Penetapan validitas memerlukan suatu ukuran acuan eksternalagar metode pengukuran yang akan diuji (metode pengukuran yang akan digunakan dalam aktivitas riset atau survey yang utama) dapat dibandingkan dengannya. Dalam bidang gizi tidak terdapat ukuran acuan kebenaran yang mutlak. Misalnya setiap pengukuran asupan makanan, meliputi beberapa unsur bias. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah mengkaji validitas relative atau congruent validity pada berbagai pengukuran dengan membandingkan hasil-hasil yang didapat dengan alat uji yang diyakini akan memberikan ukuran asupan makanan atau nutrient yang lebih akurat seperti misalnya biomarker atau penanda hayati.Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999: 65).




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Indikator biokimia sebagai suatu ukuran dari kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisiologis akan zat gizi tertentu. Asupan zat gizi hanyalah salah satu determinan status gizi karena taraf zat gizi di dalam darah atau jaringan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan gaya hidup seperti merokok atau aktivitas fisik, atau asupan zat gizi lainnya.
Setiap indeks biokimia, fungsional, atau klinis dari status gizi esensial ( yaitu setiap komponen esensial makanan ) atau non-gizi adalah kemungkinan dikaitkan paling tidak dengan bagian dari keseluruhan rentang nilai yang diamati ke jumlah yang terdapat di dalam diet. Oleh karena itu, paling tidak secara potensial indeks adalah suatu indikator dari asupan zat gizi atau komponen penyusun pangan yang lain.
Faktor yang menentukan kualitas data laboratorium adalah pusat dari setiap diskusi dari pengendalian mutu dalam kimia klinis. Prosedur pengujian (assay procedure) yang digunakan harus sensitive, kuat, bebas dari fluktuasi jangka pendek dan penyimpangan jangka panjang, serta bebas dari interferensi dari komponen sampel lain untuk menghasilkan kumpulan data yang reliabel (dapat dipercaya).


DAFTAR PUSTAKA


I Dewa Nyoman Supariasa, B. B. I. F., 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Michael J.Gibney, B. M. J. M. L. A., 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. cetakan I :2009 ed. Jakarta: EGC.
http://undip.ac.id/files/2010/10/validitasreliabilitas_kwrto_.pdf





Tidak ada komentar:

Posting Komentar