BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masalah
gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara
berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang,
hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi
lebih (Soekirman, 2000).
Saat ini
dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan,
Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang
yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan,
kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
masalah gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan
ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan pengetahuan tentang
gizi tersebut.
Gizi
adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Sedangkan Penyakit
Degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghancuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini
dapat disebabkan oleh penggunaan seiring dengan usia maupun gaya hidup yang
tidak sehat. Di dunia, angka kejadian penyakit degeneratif semakin meingkat
terutama di negara-negara maju. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya angka
harapan hidu, gaya hidup tidak sehat, dan tingkat kesembuhan terhadap
penyakit-penyakit infeksi semakin tinggi. Dulu, sebelum penemuan antibiotik
angka kejadian dan angka kematian karena penyakit-penyakit infeksi masih tingg.
Di Indonesia, penyakit-penyakit degeneratif mulai menjadi perhatian karena
meningkatnya angka kejadian dan angka kematian. Berikut ini adalah beberapa
Penyakit Degeneratif yang akan di bahas : Diabetes Mellitus, Penyakit Jantung
Koroner, Stroke, Osteoporosis, Defisiensi Vitamin A, Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium dan Kolestrol.
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui apa saja Penyakit-Penyakit Degeneratif tersebut
2. Mengetahui apa
saja Faktor Penyebab dari Penyakit Degeneratif
3. Mengetahui
bagaimana Hubungan Gizi dengan Penyakit Degeneratif
4. Mengetahui
bagaimana Pencegahan dan
Pengendalian dari Penyakit Degeneratif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENYAKIT – PENYAKIT DEGENERATIF
A. Diabetes Melitus (DM)
Diabetes Melitus (DM) merupakan metabolik dengan etiologi
multifaktorial. Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan memengaruhi
karbohidrat, protein, serta lemak. Diabetes Melotus dalam jangka waktu yang
lama akan menimbulkan rangkaian gangguan metabolik yang menyebabkan kelainan patologis
makrovaskular dan mikrovaskular. Diabetes diklasifikasikan sebagai berikut :
v
Diabetes Tipe 1
DM tipe 1 ditandai oleh penurunan kadar insulin
(insulinopenia) yang disebabkan oleh destruksi sel-sel β. Pasien DM tipe 1
memerlukan insulin untuk tetap bertahan hidup. Tanpa adanya insulin dari luar ,
pasien tersebut akan mengalami ketoasidosis, koma, dan kematian. Ditandai
dengan kegagalan produksi insulin yang parsial atau total oleh sel-sel β
pankreas. Faktor penuebab masih belum dimengerti dengan jelas tetapi beberapa
virus tertentu, penyakit autoimun, dan faktor-faktor genetik mungkin turut
berperan.
v
Diabetes Tipe 2
DM tipe 2 merupakan bentuk DM yang paling sering
ditemukan dan ditandai oleh gangguan pada sekresi serta kerja insulin. Kedua
efek ini terdapat pada DM klinis. Penyebab yang jumlah banyak dan bervariasi
untuk terjadinya kelainan ini telah teridentifikasi. Ditandai dengan resistensi
insulin ketika hormon insulin diproduksi dengan jumlah yang tidak memadai atau
dengan bentuk yang tidak efektif. Ada korelasi genetik yang kuat pada tipe
diabetes ini dan proses terjadinya berkaitan erat dengan obesitas.
v
Diabetes Gestasional
DM gestasional merupakan intoleransi karbohidrat yang
mengakibatkan hiperglikemia dengan keparahan yang beragam dengan onset atau
deteksi pertama kali pada saat hamil. Definisi ini berlaku tanpa memandang
apakah hormon insulin digunakan atau tidak dalam penanganannya ataukah keadaan
tersebut tetap bertahan setelah kehamilan berakhir. Intoleransi glukosa dapat
mendahului kehamilan tetapi keadaan ini tidak diketahui sebelumnya. Bentuk
diabetes yang terjadi selama kehamilan tetapi keadaan ini tidak diketahui
sebelumnya.
v
Sindrom metabolik atau sindrom X
Kelompok kelainan yang terdiri atas hiperglikemia,
hipertensi, obesitas pada bagian perut, dislipidemia, dan resistensi insulin
sering ditemukan. Kelompok faktor-faktor risiko untuk terjadinya penyakit
kardiovaskular ini dinamakan sindrom X atau sindrom resistensi insulin atau
sindrom metabolik. Sejumlah penelitian epidemiologi memastikan bahwa sindrom
ini umumnya dijumpai pada berbagai kelompok etnis yang meliputi orang-orang
Eropa, Afro-Amerika, Meksiko-Amerika, India, serta Cina di Asia, Aborigin
Australia, Polinesia, dan Mikronesia. Manajemen orang dengan hiperglikemia dan
ciri-ciri sindrom metabolik lainnya tidak boleh hanya berfokus pada
pengendalian glukosa darah, tetapi juga harus meluputi berbagai strategi untuk
menurunkan faktor risiko kardiovaskular lainnya.
B. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) pada sebagian besar negara
industri merupakan penyebab tunggal kematian yang paling sering ditemukan dan
penyebab utama seseorang masuk rumah sakit. Sejumlah sel dan lipid turut
terlibat dalam proses patogenesis PJK dan Gizi dapat mempengaruhi proses terjadinya
PJK melalui modifikasi satu atau lebih faktor-faktor tersebut. Biasanya
penyakit kardiovaskular (CDV, coronary
vacular disease) diasumsikan meliputi penyakit jantung koroner (PJK atau
CHD, coronary heart disease) yang
juga disebut penyakit arteri koronaria (CAD, coronary artery disease) atau penyakit jantung iskemik (IHD, ischemic heart disease), penyakit
serebrovaskular (CVD, cerebrovascular
disease). Gizi yang tidak mencukupi merupakan faktor yang paling konsisten
berkaitan dengan PJK.
Kelainan
dasar yang melandasi PJK adalah plak ateromatosa yang menonjol ke sisi bagian
dalam pada satu atau lebih pembuluh arteri koronaria yang memasok darah ke
dalam otot jantung (miokardium). Selain itu, trombus atau bekuan darah
selanjutnya dapat menimbulkan penyumbatan pada pembuluh darah tersebut. Sejumlah
sel dan lipid turut terlibat dalam proses patogenesis pembentukan plak
aterosklerotik dan trombus dalam pembuluh arteri, sel-sel dan lipid tersebut
meliputi lipoprotein, kolestrol, trigliserida, trombosit, monosit, sel-sel
endotel, fibroblast, dan sel-sel otot polos. Gizi dapat mempengaruhi proses
terjadinya PJK melalui modifikasi satu atau lebih faktor-faktor ini. Dua
kondisi klinis yang penting berkaitan dengan proses ini. Angina pektoris
ditandai oleh rasa nyeri atau tidak nyaman pada dada yang timbul ketika
melakukan aktivitas fisik atau mengalami stres, dan rasa nyeri ini menyebar
hingga ke lengan kiri serta ke daerah leher. Nyeri pada angina pektoris terjadi
karena berkurangnya atau tersumbatnya aliran darah yang melalui arteri
koronaria ke dalam otot jantung secara temporer. Nyeri tersebut biasanya mereda
setelah paseien beristirahat dan jarang berlangsung lebih dari 15 menit.
Trombosis
koroner atau infrak miokard terjadi karena oklusi total koronaria yang
berlangsung lama sehingga terjadi infark atau kematian sebagian sel otot
jantung. Keadaan ini disertai dengan rasa nyeri bagian tengah dada yang
biasanya sangat hebat dan berlangsung lama. Istilah trombosis koroner dan
infark miokard digunakan untuk menyatakan kondisi klinis yang sama, kendati
sebenarnya kedua istilah tersebut menyatakan proses patologisnya.
Pendekatan
epidemiologis standar yang meliputi pemeriksaan terhadap kecenderungan kenaikan
angka prevalensinya dalam periode tertentu, variasi geografis, penelitian case – control dan prospektif penelitian
terhadap kaum migran, dan uji klinis telah digunakan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor risiko dan determinan gizinya. Penelitian tersebut juga
memberikan landasan bagi rekomendasi yang bertujuan untuk mengurangi risiko
terjadinya PJK dalan masyarakat yang angka prevalensinya tinggi atau terus
meningkat. Pendekatan berbasis populasi sangat penting karena pada lebih dari
separuh kasus infark miokard yang fatal terjadi kematian dalam satu jam pertama
setelah serangan jantung. Oleh karena itu, kebanyakan kematian karena PJK
berlangsung terlalu cepat sehingga pasien tidak sempat mendapatkan penanganan
yang memengaruhi prognosisnya.
PJK pada
sebagian besar negara industri merupakan penyebab tunggal kematian yang paling
sering ditemukan dan penyebab utama seseorang masuk rumah sakit. Namun
demikian, angka statistik rumah sakit dan mortalitasnya lebih sedikit dari
jumlah morbiditas total yang sebenarnya terjadi karena PJK. Sebagain kasus
infark miokard, khususnya pada manula, tidak dirawat dirumah sakit sehingga
tidak ada angka-angka statistik yang menunjukkan lebih besarnya jumlah orang
yang mengalami disabilitas akibat serangan angina pektoris sekalipun mungkin
mereka sudah menderita infark akut miokard.
C.
Defisiensi Vitamin A
Defisiensi vitamin A, setelah malnutrisi protein dan
energi serta anemia karena defisiensi zat besi, merupakan persoalan gizi yang
paling serius dan paling banyak ditemukan di antara anak-anak kecil dalam awal
tahun 1990-an; World Health Organization (WHO) mengestimasikan bahwa secara
global terdapat hampir 14 juta anak yang setiap tahunnya terkena xeroftalmia
dan 190 juta anak yang berisiko untuk mengalami defisiensi vitamin A subklinis.
Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan
pada kanak-kanak. Lebih kurang 150 juta anak lainnya menghadapi risiko yang
meningkat untuk meninggal dalam usia dalam kanak-kanak karena penyakit infeksi
yang disebabkan oleh status vitamin A yang tidak adekuat. Di negara industri,
lebih dari dua per tiga asupan vitamin A berasal dari sumber makanan hewani
sebagai vitamin yang sudah terbentuk sebelumnya, sementara di negara
berkembang, masyarakatnya terutama bergantung pada senyawa karotenoid
provitamin A yang berasal dari sumber makanan nabati. Tanda-tanda defisiensi
vitamin A juga dapat terjadi sebagai fenomena sekunder malnutrisi energi
protein. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan pada sintesis protein pengikat
retinol dalam plasma yang dalam keadaan normal akan membawa retinol. Strategi
bagi pengendalian dan penanganan defisiensi vitamin A meliputi berbagai
pendekatan yang berlandaskan pada makanan, suplementasi vitamin A, intervensi
kesehatan masyarakat, seperti imunisasi dan promosi pemberian ASI, serta modifikasi
lingkungan tempat tinggal populasi yang berisiko.
v
Sumber Vitamin A
Senyawa karotenoid provitamin A ditemukan pada banyak
makanan nabati seperti jeruk, sayuran yang berwarna kuning serta jingga, dan
sayuran yang berwarna hijau gelap seperti amaranth
dan bayam, sekalipun warna buah dan sayuran tersebut bukan indikator yang
menunjukkan konsentrasi provitamin A. Buah-buahan yang berwarna kuning seperti
pepaya, mangga, serta jeruk, dan sayuran seperti wortel, labu kuning, ubi yang
berwarna jingga, serta singkong kuning memiliki karotenoid provitamin A dengan
jumlah yang cukup signifikan. Dalam buah tomat, unsur utama yang terdapat di
dalamnya adalah likopen, yaitu suatu pigmen yang tidak aktif secara nutrisi.
Minyak kelapa sawit merupakan sumber alami karotenoid yang paling kaya.
Biji-bijian sereal, khususnya yang di giling, hanya memiliki sumber yang hanya
mengandung sedikit karotenoid.
D.
Iodium dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
Laut merupakan sumber utama iodium, dengan demikian
makanan laut menjadi sumber makanan yang kaya akan iodium. Di daerah tempat
makanan laut tidak dikonsumsi secara rutin dan tidak tersedia garam beriodium,
asupan iodium di daerah tersebut sebagian besar bergantung pada kandungan
iodium dalam tanah. Defisiensi iodium merupakan keadaan yang prevalen di daerah
pegunungan dan di daerah tempat terjadinya penapisan tanah, seperti
daerah-daerah pedalaman seperti Afrika Tengah. Pada tahun 1999, World Health
Organization (WHO) mengestimasikan 740 juta orang menderita penyakit gondok (goitre), yaitu 13% dari populasi dunia.
Pasokan iodium yang tidak mencukupi dari makanan mengakibatkan sintesis hormon
tiroid yang suboptimal dan keadaan hipotiroidisme; dalam keadaan ini
menyebabkan sejumlah besar kelainan yang secara kolektif dikenal dengan sebutan
gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI).
E.
Anemia Karena Defisiensi Zat Besi
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan kelainan gizi
yang paling sering ditemukan di dunia. Jumlah penderitanya sangatlah
mencengangkan, sebanyak 4-5 milyar penduduk dunia, atau 66-80% dari populasi
penduduk dunia, mungkin mengalami defisiensi zat besi; 2 milyar penduduk, atau
lebih dari 30% populasi penduduk dunia, mengalami anemia, terutama karena
defisiensi zat besi, dan di negara berkembang, keadaan ini semakin diperparah
oleh penyakit malaria serta infeksi cacing.
Defisiensi
zat besi dan anemia menurunkan kapasitas kerja individual dan keseluruhan
populasi dengan membawa akibat ekonomi yang serius dan menjadi penghalang bagi
perkembangan nasional. Sebaliknya, penanganan keadaan tersebut dapat menaikkan
tingkat produktivitas nasional sebesar 20%.
Sembilan
dari 10 penderita anemia karena defisiensi zat besi tinggal di negara
berkembang, rata-rata satu dari dua orang ibu hamil dan empat dari sepuluh anak
prasekolah menderita anemia.
Bagi
anak-anak, konsekuensi kesehatan yang ditimbulkan meliputi kelahiran prematur ,
berat badan lahir rendah, infeksi, dan peningkatan risiko kematian. Belakangan,
akan terjadi gangguan pada perkembangan fisik dan kognitif yang mengakibatkan
prestasi sekolah yang buruk. Pada ibu hamil, anemia karena defisiensi zat besi
turut menyebababkan 20% dari semua kematian maternal.
F.
Osteoporosis
Osteoporosis merupakan permasalahan kesehatan masyarakat
yang penting karena morbiditas, mortalitas, dan biaya yang berkaitan dengan
fraktur yang ditimbulkan. Perubahan homeostatis kalsium dengan respons sekunder
hiperparatiroid merupakan faktor risiko yang penting untuk terjadinya fraktur
osteoporotik. Asupan kalsium dari makanan hanya memiliki korelasi yang lemah
dengan densitas tulang dan risiko fraktur pangguk pada masyarakat barat.
Istilah osteoporosis
(secara harfiah berarti tulang yang keropos) menyatakan suatu kelainan skeletal
sistematik yang ditandai oleh massa tulang yang rendah dan kemunduran
mikroarsitektur jaringan tulang sehingga terjadi peningkatan kecenderungan
fraktur. Bertambahnya kerapuhan pada tulang wanita yang berusia lanjut sudah
tercatat dalam artikel bedah yang terdapat di dalam literatur abad ke – 19,
kendati uraian bahwa osteoporosis merupakan suatu keadaan yang spesifik dan
memiliki makna yang penting sebagai penyebab fraktur baru sesudah pertengahan
abad ke – 20.
2.2 Proses Produksi Probiotik
Komite Ahli probiotik
FAO/WHO telah menetapkan pedoman untuk menilai probiotik, dimana kultur mikroba
probiotik harus memenuhi kualifikasi strain probiotik yaitu: isolat strain
harus original dari manusia atau hewan, menunjukkan efek menguntungkan pada host, tidak bersifat pathogen dan toxic, mengandung jumlah mikroba yang cukup signifikan
sel hidup, dapat survive dan bersifat
metabolik pada saluran pencernaan, tetap hidup selama penyimpanan dan
penggunaannya, bersifat antagonis terhadap pathogen. Selanjutnya, secara umum persyaratan yang
ditetapkan olehThe Food and Agriculture Organization/World Health
Organization (FAO/WHO), mikroba probiotik
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
·
Mikroba dapat tetap hidup selama
melewati saluran pencernaan
·
Mikroba mampu tumbuh berkembang
biak di dalam usus halus
·
Mikroba dari kelompok gram
positif; mikroba tidak terbatas pada genus Lactobacillus dan Bifidobacterium
·
Mikroba memperlihatkan manfaat
spesifik pada kesehatan yang terukur dengan ditunjukkan pada test in
vitro,hewan, dan atau manusia (in vivo)
·
Harus disebutkan dosis yang
direkomendasikan dan durasi penggunaannya
Disamping itu, probiotik juga mempunyai ciri-ciri diantaranya
sebagai berikut:
§
Probiotik memberikan manfaat
kesehatan yang diproduksi dari strain bakteri spesifik yang telah diakui secara
klinis efikasinya
§
Status kesehatan induk semang
merupakan bagian yang terpenting dari efikasi strain mikroba probiotik
§
Kombinasi strain probiotik dari
kultur yang berbeda harus mampu menurunkan potensi kemampuan bakteripathogen untuk menempel pada dinding usus dan membangun
koloninya dibandingkan strain tunggal sehingga menurunkan resiko terjadinya
infeksi Strain mikroba probiotik yang
digunakan juga harus memenuhi standar yang dikeluarkan setiap masing-masing
wilayah. Misalnya di Amerika, probiotik harus memenuhi standar Food
and Drug Administration (FDA) yang
dikenal dengan istilah General Recognised as Safe (GRAS), di Eropa harus memenuhi standar Qualified
Presumption of Safety (QPS) yang
dikeluarkan oleh European Food Safety Agency (EFSA). Sedangkan wilayah Indonesia, Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) Departemen Kesehatan merujuk pada kedua standar
tersebut di atas.
Dalam proses produksi perbanyakan
strain mikroba probiotik menggunakan teknik fermentasi cair pada fermentor dan
pengeringan kaldu fermentasi serta strain mikroba probiotiknya menggunakan
teknik pengeringan fluidized. Adapun sediaan
probiotik komersial yang ada di pasar saat ini tersedia dalam bentuk: probiotik
konsentrat fermentasi dalam makanan berbasis susu, buah, sereal, dan minuman;
bahan probiotik yang ditambahkan ke susu atau makanan berbasis kedelai yang
diizinkan untuk tetap tumbuh berkembang sebagai produk makanan fermentasi; dan
sebagai probiotik konsentrat, sel kering dikemas dalam bentuk bubuk, kapsul
atau tablet.
2.3 Produk dan Aplikasi Probiotik
Probiotik
dapat diaplikasikan pada hewan dalam berbagai cara dan tujuan penggunaan, dapat
dimasukkan dalam pakan pellet atau diproduksi dalam bentuk kapsul, pasta, bubuk
atau butiran sehingga dosis yang dapat digunakan untuk hewan secara langsung
atau melalui makanan lebih akurat. Preparat probiotik dapat terdiri dari strain
tunggal atau lebih hingga delapan strain. Probiotik yang ada di pasar saat ini
mengandung laktobacillus danatau streptococcus; beberapa
mengandung bifidobacteria. Spesies
saat ini yang digunakan dalam probiotik : L. bulgaricus,
L. acidophilus, L. casei, L. helveticus, L. lactis, L. salivarius, L.
plantarum, Streptococcus thermophilus, Enterococcus faecium, Ent.faecalis, Bifidobacterium spp. dan E. coli. Hewan
target probiotik adalah sapi, domba, kambing, babi, unggas, kuda dan hewan
peliharaan domestik.
Tabel 1. Contoh Produk
Probiotik Manusia di Pasaran
Sumber : World Gastroenterology Organisation, 2008
Tabel 2. Contoh Aplikasi
Produk Probiotik Manusia di Pasaran
Prebiotik merupakan zat makanan
(sebagian besar terdiri dari polisakarida nonstarch dan oligo-sakarida sulit
dicerna oleh enzim manusia) sebagai inang dari mikroflora usus, yang menopang
pertumbuhan bakteri probiotik. Prebiotik berasal dari bahan makanan seperti
sereal, coklat, dan produk susu. Prebiotik yang umum dikenal adalah :
Oligofructose, inulin, Galacto – oligosakarida, laktulosa, dan Oligosakarida
ASI. Laktulosa adalah disakarida sintetis yang digunakan dalam pengobatan
sembelit dan ensefalopati hati. Oligofructose ditemukan secara alami di
makanan, seperti gandum, bawang, pisang, madu, bawang putih, dan daun bawang.
Oligofructose juga dapat diisolasi dari akar chicory atau disintesis secara
enzimatik dari sukrosa. Fermentasi oligofructose dalam usus mempunyai efek fisiologis
meningkatkan jumlah bifidobacteria dalam usus besar, meningkatkan penyerapan
kalsium, meningkatkan berat fecal, memperpendek waktu transit gastrointestinal,
dan menurunkan kadar lipid darah. Synbiotik adalah aplikasi probiotik dan
prebiotik dalam satu formulasi.
Pasar global probiotik, suplemen dan
makanan pada tahun 2007 telah mencapai $ 14,9 miliar, tahun 2008 diperkirakan
mencapai $ 15,9 miliar, dan tahun 2013 $ 19,6 miliar, dengan tingkat
pertumbuhan gabungan tahunan 4,3%. Penelitian ekstensif probiotik terus
meningkat ditujukan pada penelitian mikroba baru dan aplikasi probiotik
bacteriotherapy di masa depan (Soccol 2010). Havenaar dkk. dalam Soccol (2010),
mengusulkan parameter dalam memilih probiotik yaitu : keselamatan host,
ketahanan terhadap keasaman lambung dan sekresi pankreas, adhesi sel epitel,
aktivitas antimikroba, penghambatan adhesi bakteri pathogen, evaluasi
resistensi terhadap antibiotik, toleransi terhadap aditif makanan dan
stabilitas dalam matriks makanan. Probiotik yang paling umum digunakan
adalah strain bakteri asam laktat
seperti Lactobacillus, Bifidobacterium dan Streptococcus (S. thermophilus), dua strain yang pertama dikenal untuk melawan
asam lambung, garam empedu dan enzim pankreas, untuk melindungi mukosa kolon
dan mengkolonisasi saluran usus.
Beberapa jenis strain probiotik telah
diidentifikasi menunjukkan manfaat diantaranya anti-inflamasi, anti alergi dan
menstimulasi kekebalan tubuh. Berbagai jenis media pembawa strain probiotik
baik dalam bentuk makanan maupun minuman telah diproduksi, seperti misalnya
fermentasi susu (Yakult), yoghurt, keju susu, ice cream, coklat, produk kue coklat, dan lain sebagainya.
Probiotik juga dapat ditemukan dalam produk non susu dalam bentuk kemasan pil,
tablet, makanan dan minuman non susu sebagai suplemen diet ataupun obat-obatan.
Selain itu beberapa strain yang termasuk dalam bakteri probiotik juga digunakan
sebagai starter dalam fermentasi produk-produk pertanian seperti sereal, akar,
umbi, buah dan sayuran, susu, daging, ikan dan lain sebagainya dengan tujuan
untuk pengawetan makanan dan memberikan cita rasa aroma khas yang juga dapat
bermanfaat terhadap kesehatan. Karena itu probiotik dapat berfungsi ganda
sebagai starter fermentasi dan menghasilkan senyawa aktif yang bermanfaat serta
sebagai probiotik.
Pengembangan probiotik dimasa yang
akan datang akan semakin maju karena perkembangan dalam teknologi fermentasi,
teknologi mikroenkapsulasi (immobilised cell), teknologi sequensing DNA untuk identifikasi
strain, teknologi deteksi metabolik in vitro maupun in vivo (metabolomik
peptida/protein), dan teknologi mikrofiltrasi.
2.4 Mekanisme Kerja Probiotik
Pada akhir abad ini penelitian tentang mekanisme kerja probiotik dalam
saluran pencernaan telah banyak kemajuan. Pengetahuan tentang beberapa fungsi
mikroflora usus diantaranya metabolik, trofik dan protektif. Fungi metabolik
meliputi fermentasi residu makanan yang tidak tercerna dan endogen lendir,
penghematan energi melalui asam lemak rantai pendek, produksi vitamin K, dan
penyerapan ion. Fungsi trofik didasarkan pada pengendalian proliferasi sel
epitel dan diferensiasi, serta pengembangan dan homeostasis dari sistem
kekebalan tubuh. Luas permukaan saluran pencernaan manusia hampir sebanding
dengan ukuran lapangan tenis yang merupakan luas permukaan tubuh terbesar kedua
setelah saluran pernafasan. Sepanjang umur manusia dalam hidup normal sekitar
60 ton makanan melalui saluran pencernaan. Karena itu, mempertahankan
keseimbangan mikroflora usus menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan
karena pentingnya peranan mikroflora dalam saluran pencernaan tersebut di atas.
Mikroflora usus menjadi penting
karena perannya sebagai mesin metabolik makanan yang tidak tercerna secara
fisik dan kimiawi biasa, meningkatkan tingkat kesehatan dengan cara kolonisasi
mikroflora baru dan menjaga invasi kolonisasi bakteri pathogen. Gangguan
keseimbangan mikroflora usus dan meningkatnya bakteri pathogen dapat
menyebabkan gangguan kesehatan mulai dari perubahan metabolik makanan dan
metabolisme tubuh, diare, dan menurunnya resistensi kekebalan tubuh terhadap
penyakit.
Komposisi mikroflora usus dapat
berbeda antara spesies dan individu, serta selama hidup dalam spesies individu
yang sama. Beberapa faktor seperti diet, iklim, penuaan, obat-obatan (terutama
antibiotik), sakit, stres, pH, infeksi, lokasi geografis, ras, keadaan sosial
ekonomi, gaya hidup dapat mengganggu keseimbangan mikroflora usus. Interaksi
bakteri usus yang khas juga dapat menyebabkan stabilisasi atau destabilisasi.
Populasi mikroba saluran pencernaan dalam keseimbangan disebut "eubiosis", kondisi sebaliknya ketidakseimbangan disebut "dysbiosis". Kondisi optimal disebut "flora usus
seimbang", bakteri menguntungkan Lactobacillus gram positif dan
Bifidobacteria, akan mendominasi (90%), sehingga menjadi penghalang untuk
bakteri pathogen. Mayoritas dari mikroflora usus pada orang yang sehat harus
bakteri baik (probiotik). Semakin besar ketidakseimbangan mikroflora usus akan
menyebabkan gejala penyakit yang semakin besar. Substitusi probiotik adalah cara
yang paling alami, aman dan logis untuk tetap menjaga keseimbangan ekosistem
usus (Bronozian 2013).
Fenomena dominasi mikroflora usus disebut Kolonisasi Resistance, yang dapat didefinisikan sebagai kemampuan mikroflora usus normal dalam menghambat implantasi bakteri pathogen atau dikenal juga sebagai efek penghalang. Disamping itu bakteri probiotik meningkatkan efek ketahanan kolonisasi dan probiotik bakteri asam laktat (LAB) melalui mekanisme tidak langsung melakukan immunomodulation. Mekanisme kerja probiotik pada hewan sama halnya dengan mekanisme kerja probiotik pada manusia, dimana keseimbangan mikroflora usus tergantung pada komposisi flora awal atau kolonisasi resitance, dan tingkat kontaminasi (kualitatif dan kuantitatif) melalui makanan yang tertelan dan minuman.
Skema mekanisme kerja
probiotik mikroflora usus dalam saluran pencernaan
Keterangan skema diagram yang
menggambarkan mekanisme potensial atau dikenal dimana bakteri probiotik mungkin
berdampak pada mikrobiota. Mekanisme ini meliputi (1) kompetisi untuk bahan
makanan sebagai substrat pertumbuhan, (2) biokonversi, misalnya, gula menjadi
produk fermentasi dengan sifat penghambatan, (3) produksi substrat pertumbuhan,
misalnya, EPS atau vitamin, untuk bakteri lainnya, (4) antagonisme langsung
oleh bakteriosin, (5) eksklusi kompetitif untuk mengikat pathogen, (6) fungsi
penghalang ditingkatkan, (7) pengurangan peradangan, sehingga tidak mengubah
sifat usus untuk kolonisasi dan resisten, dan (8) stimulasi respon imun bawaan
(dengan mekanisme yang tidak diketahui). IEC: sel epitel, DC: sel dendritik, T:
T-sel.
Efek anti mikroba probiotik terjadi
melalui tahapan antara lain 1). Aktivitas antimikroba : Penurunan pH luminal,
Mensekresi peptida antimikroba, Menghambat invasi bakteri, Blokir adhesi
bakteri pada sel epitel; 2). Peningkatan fungsi barrier : Meningkatkan produksi
lendir dan Meningkatkan integritas penghalang, 3). Immunomodulation: Efek pada
sel epitel, Efek pada sel dendritik, Efek pada monosit/makrofag, Efek pada
limfosit : B limfosit, Sel NK, Sel T, T redistribusi sel.
Bakteri
probiotik menghasilkan berbagai zat yang menghambat bakteri baik gram positif
dan gram negatif, misalnya asam organik, hidrogen peroksida dan bakteriosin.
Senyawa ini dapat mengurangi jumlah pathogen sehingga menekan metabolisme dan
produksi toksin, yang terjadi melalui penurunan pH luminal dan produksi asam
lemak volatil rantai pendek, terutama asetat, propionat dan butyrat. Disamping
itu produksi asam laktat dari Bifidobacterium, Lactobacillus, Streptococcus
menyebabkan penurunan pH kolon. Probiotik bersaing dengan pathogen mencegah
adhesi ke usus dan memperoleh nutrisi untuk kelangsungan hidup pathogen.
2.5 Manfaat Probiotik
Probiotik direkomendasikan dapat memberikan manfaat kesehatan pada saluran
usus dengan efek yang dicirikan diantaranya sebagai berikut :
a)
Mampu mengontrol gejala atau mengendalikan penyakit :
• Ketidakmampuan pencernaan Lactose
• Diare
• Sindrom iritasi usus
• Konstipasi
• Infeksi Helicobacter
pylori
• Mengontrol populasi bakteri pathogen usus halus
• Penyakit inflamasi usus (kolitis
ulserativa dan penyakit Crohn's)
• Pencegahan nekrosis enterokolitis
pada bayi
b)
Mampu mereduksi resiko penyakit atau gejala penyakit :
• Kanker tertentu (colorectal,
bladder, cervical, breast)
• Jantung koroner
• Saluran kemih
• Saluran pernafasan bagian atas dan
infeksi yang terkait
• Kolesterol darah dan tekanan darah
tinggi
c)
Mampu mengontrol atau meningkatkan sistem kekebalan :
• Meningkatkan kekebalan tubuh
• Mencegah reaksi alergi dengan cara
mereduksi inflamasi
• Menurunkan peluang terjadinya
infeksi oleh mikroba pathogen umum (Salmonella,
E. coli dan Shigella)
d)
Manfaat Probiotik bagi kesehatan
1. Menurunkan risiko lactose intolerance.
Lactose intolerance adalah gejala
diare pada manusia ketika meminum susu, ini terjadi karena tidak mempunyai
enzim yang mendegradasi laktosa susu. Probiotik mampu mendegradasi laktosa susu
sehingga proses pencernaan dan penyerapannya tidak dalam bentuk laktosa.
2. Mengurangi risiko diare.
Diare dipicu salah satunya akibat
pertumbuhan bakteri patogen yang berlebihan. Probiotik mampu menghambat
pertumbuhan bakteri patogen sehingga jumlahnya di saluran pencernaan menurun
dan diare akhirnya bisa disembuhkan.
3. Mencegah kanker.
Dengan menghilangkan bahan
prokarsinogen (bahan penyebab kanker) dari tubuh dan menghasilkan bahan aktif
anti tumor.
4. Menurunkan pH kolon.
Probiotik mampu menurunkan pH kolon
sehingga mampu menjaga kondisi kolon dari resiko kanker
5. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Mengatasi masalah sembelit dan
membuat fungsi usus menjadi lebih teratur dan membaik.
6. Dapat menekan pertumbuhan bakteri E coli dan
Clostridium perfringens penyebab radang usus dan menekan bakteri patogen
lainnya
7. Berperan dalam penurunan kadar kolesterol, dimana
bifidobakteria menghasilkan niasin yang memberi kontribusi terhadap penurunan
kolesterol.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Penelitian di masa depan untuk menyelidiki mekanisme interaksi mikroflora
usus dengan epitel usus hubungannya dengan kesehatan dan penyakit setelah
mengkonsumsi probiotik menjadi perhatian para peneliti. Dengan pengetahuan
tersebut, strain probiotik yang optimal dapat dikembangkan. Kelangsungan hidup
probiotik adalah parameter kunci untuk mengembangkan probiotik produk makanan.
Teknologi baru telah dikembangkan yang memungkinkan panen sel yang tinggi pada
skala besar dan memastikan probiotik stabil untuk jangka panjang dalam makanan.
Berbagai makanan matriks asal susu dan non - susu telah digunakan dengan
probiotik. Perkembangan teknologi mikroenkapsulasi, imobilisasi sel dan
fermentasi kontinyu menjadikan probiotik akan menjadi unsur penting dan layak
dalam makanan fungsional, memperluas aplikasi probiotik di luar industri
farmasi dan feed/food suplemen. Penemuan beberapa jenis strain baru juga
dimungkinkan sehingga tidak lagi menjadi dominasi genus Lactobacillus dan
Bifidobacterium sebagai kelompok probiotik utama. Disamping itu, penemuan
efikasi probiotik potensi teridentifikasi menunjukkan sifat-sifat tidak saja
sebagai anti - inflamasi dan anti – alergi tetapi juga dapat menstimulasi
kekebalan melalui mekanisme yang berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.customprobiotics.com/about_probiotics_continued.htm
GAMBAR
- Proses Produksi
Probiotik
Gambar 2. Contoh proses
produksi probiotik powder skala plant 500 ton per tahun:
inokulum probiotik
(a), fermentor (b), ruang kontrol (c), pengering fluidized (d),
contoh produk (e)
- Contoh produk
probiotik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar