Kebiasaan makan (food Habit) sebagai
satu faktor yang berpengaruh terhadap Distribusi pangan
Persediaan pangan di Indonesia
telah berada diatas kecukupan energy dan protein yang dianjurkan. Atau dengan
kata lain, neraca rata-rata Nasional kecukupan gizi penduduk Indonesia telah
dapat terpenuhi dari persediaan pangan yang ada. Tetapi gambaran rata-rata
nasional seperti yang tersaji dalam neraca Bahan Makanan tersebut tidak dapat
dipergunakan sebagai pentunjuk aka nada atau tidaknya masalah gizi di
masyarakat. Neraca Bahan Makanan hanya dapat member gambaran tentang adanya
potensi nyata persediaan pangan dan tidak dapat menerangkan tentang bagaimana
pemerataan distribusi pangan baik atau antar daerah,antar golongan dalam
masyarakat, antar keluarrga maupun antar anggota dalam keluarag.
Banyak
sekalli faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pangan, satu diantarany
adalah kebiasaan makan (food habit). Tidak banyak manfaatnya persediaan pangan
yang cukup atau bahkan melimpah untukmencukupi kebutuhan gizi apabila
jenis-jenis pangan yang tersedia tidak cocok dengan pola kebiasaan makan
setempat. Sebaliknya, persediaaan pangan yang terbatas atau kurang akan
dimanfaakatan secara efisien apabila sesuai dengan pola kebiasaan yang ada.
ARTI KEBIASAAN MAKAN
Yang dimaksud dengan kebiasaan makan ialah tingkah laku
manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang
meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makan
dapat bersifat positif atau negative. Sikap positif atau negative terhadap
makanan bersumber pada nilai-nilai “affective” yang berasal dari lingkungan
(alam,budaya, social, ekonomi) di mana manusia atau kelompok manusia itu
tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan (beliefe) terhadap makanan,
hanya saja wilayah kejiwaannya adalah nilai-nilai ‘cognitive” yang berkaitan
dengan kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Dan pemilihan
adalah proses “psychomotor” untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dam
kepercayaannya.
Kebiasaan
makan dalam kelompok memberikan dampak pada distribusi makanan antar anggota
kelompok. Dan mutu serta jumlah bagian tiap aggota hamper selalu berdasarkan
pada status hubungan antar anggota , bukan dasar pertimbangan-pertimbangan
giizi. Supaya agar kebiasaan makan baik dapat dilesatarikan dan kebiasaan makan
yang jelek dapat diganti dengan ide-ide
baru untuk menunjang tercapainya kecukupan gizi.
Kebiasaan
(=habit) adalah pola perilaku yang diperoleh dari pola praktik yang terjadi
berulangulang.
(habit = A patterm of behavior acquired by frequen,
repatition
= Customary manner of practice
(sumber: The
American Manner of Pratice)
Kebiasaan makan = satu pola perilaku konsumsi pangan
yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang.
= Food
consumption behavior
= tindakan
manusia (what people do, practice) terhadap makanan dan makan yang dipengaruhi
oleh pengetahuan (what people think) dan perasaan apa yang dirasakan (what
people feel) serat persepsi (what people perceive) tentang hal itu.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MAKAN
Pada
dasarnya ada dua faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia, yaitu
faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) dan faktor instrisik
(yang berasal dari dalam diri manusia). Yang termasuk faktor ekstrinsik anatar
lain ialah:
LINGKUNGAN
ALAM
Pola makan
masyarakat pedesaan di Indonesia pada umunya diwarnai oleh jenis-jenis bahan
makan yang umum dan dapat diproduksi setempat. Misalnya pada masyrakat nelayan
di daerah-daerah pantai, ikan merupakan makanan sehari-hari yang dipilih karena
dapat dihasilakan sendiri. Daerah-daerah pertanian padi, masyarakatnya berpola
pangan pokok beras.
Pola pangan pokok menggambarkan
salah satu cirri dari kebiasaan makan. Di daerah dengan pola pangan pokok beras
biasanya belum puas atau mengatakan belum makan apabila belum makan nasi,
meskipun perut sudah kenyang oleh makanan lain non beras. Sebaliknya didaerah
yang berpola makan pokok jagung atau ubi kayu akan mengeluh kurang tenaga kalau
belum makan jagung atau “tiwul” (makan dari tepuk gaplek).
LINGKUNGAN
SOSIAL
Lingkungan
social memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan-perbedaan kebiasaan
makan. Tiap-tiap bangsa dan suku bangsa mempunyai kebiasaan makan yang
berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan yang telah di anut turun-temurun. Senagai
ilustrasi dapat dikemukakaan, pada tahun 1976 terjadi bencana kekurangan pangan
di Madura karena adanya Karen a adanya kegagalan panen jagung oleh kekeringan
yang panjang. Makan pokok masyarkat Madura adalah jagung, maka oleh DOLOG
propinsi jawa timur dikirim bantuan pangan berupa jagung impor dari Amerika
yang ukura bijinya besar-besar 4-5 kali ukuran jagung Madura. Kiriman jagung
tersebut terpksa dikembalikan ke surabay karena masyarkat menolak dengan alasan
: bukan jagung makan manusia tetapi jenis jagung makanan babi” Lebih baik lapar
daripada harus makan makanan babi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar