BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Gizi merupakan
salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan
manusia.Gizi yang baik jika terdapat keseimbangan dan keserasian antara
perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Tingkat status gizi
optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Masalah
kekurangan gizi yang mendapat banyak perhatian akhir-akhir ini adalah masalah
kurang gizi kronis dalam bentuk anak pendek atau "stunting".
Para pakar telah mengkaji
mendalam selama 1—2 dekade terahir bagaimana mekanisme terjadinya hubungan
tersebut. Telah diketahui bahwa semua masalah anak pendekbermula pada proses
tumbuh kembang janin dalam kandungan sampai anak usia 2 tahun. Apabila
prosesnya lancar tidak ada gangguan, maka anak akan tumbuh kembang normal
sampai dewasa sesuai dengan faktor keturunan atau gen yang sudah diprogram
dalam sel.
Sebaliknya apabila prosesnya
tidak normal karena berbagai gangguan diantaranya karena kekurangan gizi, maka
proses tumbuh kembang terganggu. Akibatnya terjadi ketidak normalan, dalam
bentuk tubuh pendek, meskipun faktor gen dalam sel menunjukkan potensi untuk
tumbuh normal.(Barker, 2007).
1.2.Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi
epidemiologi ?
2.
Apa definisi
epidemiologi gizi ?
3.
Apa definisi
stunting ?
4.
Bagaimana peran
epidemiologi pada masalah stunting ?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi epidemiologi
2. Untuk mengetahui definisi epidemiologi gizi
3. Untuk mengetahui definisi stunting
4. Untuk mengetahui peran epidemiologi pada masalah
stunting
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi
Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu Epi yang berarti pada atau tentang, demos berarti penduduk, dan logos
yang berarti ilmu. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa epidemiologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang penduduk.Dari beberapa pengertian epidemiologi di
atas dapat tiga hal pokok yang dipelajari dalam epidemiologi, yaitu frekuensi
masalah kesehatan, penyebaran masalah kesehatan (distribusi) dan faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan.
1.
Frekuensi
Masalah Kesehatan
Frekuensi Masalah Kesehatan adalah
besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada masalah kesehatan yang terdapat
pada sekelompok masyarakat.Untuk mendapatkan besarnya masalah kesehatan di
masyarakat, yang harus dilakukan adalah menemukan kondisi kesehatan yang
menjadi masalah dengan melakukan pengukuran melalui beberapa kegiatan,
diantaranya adalah melakukan survey kesehatan, studi kasus dan penelitian.
2.
Penyebaran
Masalah Kesehatan (distribusi)
Penyebaran atau distribusi masalah
kesehatan adalah pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan
tertentu, yaitu pengelompokkan berdasarkan orang (man), tempat (place) dan
waktu (time).Mempelajari penyebaran
penyakit berarti mencari jawaban atas pertanyaan siapa, dimana, dan kapan
terjadi masalah kesehatan atau penyakit.Pengelompokkan masalah kesehatan
berdasarkan orang atau ciri-ciri manusia dapat dibedakan berdasarkan beberapa
karakteristik manusia. Karakteristik tersebut seperti usia, jenis kelamin,
pekerjaan, penghasilan, paritas, etnik, dan status perkawinan dan lain-lain.
Pengelompokkan masalah kesehatan
berdasarkan tempat ditekankan pada kondisi geografis suatu wilayah.Faktor yang
mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan tempat satu dengan tempat yang
lainnya meliputi adanya perbedaan lingkungan fisik, biologi, dan sosial,
karakteristik penduduk, kebudayaan, higieni sanitasi lingkungan dan tersedianya
unit-unit pelayanan medis.Pengelompokkan masalah kesehatan berdasarkan waktu
didasarkan adanya perubahan penyakit menurut waktu.Hal ini menunjukkan adanya
perubahan faktor etiologis (penyebab penyakit). Penyebaran menurut waktu dapat
dibedakan berdasarkan fluktuasi jangka pendek, perubahan secara siklus, dan
perubahan angka kesakitan dalam periode yang panjang, yaitu transisi
epidemiologi yang akan dibicarakan pad bab selanjutnya.
3.
Faktor yang Mempengaruhi
Penyebaran Masalah Kesehatan
Pokok ketiga dalam epidemiologi adalah
factor yang mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan, yaitu factor penyebab
masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran, maupun penyebab
masalah kesehatan yang ada di masyarakat.Langkah pokok yang dilakukan untuk
mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan yaitu
dengan mempelajari hubungan timbulnya penyakit terhadap factor risiko,
merumuskan hipotesis tentang penyebab, pengujian terhadap rumusan hipotesis,
dan menarik kesimpulan.
2.2.Definisi
Epidemiologi Gizi
Epidemiologi gizi
adalah ilmu yang mempelajari sebaran, besar, dan determina masalah gizi dan
penuyakit yang berhubungan dengan masalah gizi, serta penerapannya dalam
kebijakan dan program pangan dan gizi untuk mencapai kesehatan penduduk yang
lebih baik. Definisi lain menyebutkan bahwa epidemiologi gizi adalah ilmu
terkait kesehatan yang membicarakan distribusi dan determinan kesehatan dan
penyakit dalam populasi. Epidemiologi gizi memadukan pengetahuan yang
diturunkan dari penelitian gizi, untuk menguji hubungan diet-penyakit pada
mayarakat atau individu yang hidup bebas (masyarakat atau individu yang hidup
bebas (masyarakat atau individu yang tidak diatur dietnya ) (Gibney dkk,2002).
Tujuan penting
epidemiologi gizi adalah untuk menyampaikan informasi tentang gizi kesehatan
masyarakat, pendekatan masyarakat bagi pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan melalui gizi. Gizi kesehatan masyarakat memasukan hasil-hasil
penelitian epidemiologi gizi kedalam konteks sosial dan ekologi yang lebih luas
untuk meningkatkan kesehatan melalui cara hidup sehat yang melalui pola makan
yang baik.
2.3.Definisi
Stunting
Stunting(pendek) adalah salah
satu bentuk gizi kurang yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur diukur
dengan standar deviasi dengan referensi WHO tahun 2005.Stuntingmerupakan
kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi
jangka panjang.Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan
pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding
umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD.
Indikator TB/U memberikan
indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung lama, misalnya: kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola
asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang
mengakibatkan anak menjadi pendek.
Telah
diketahui bahwa semua masalah anak pendek, gemuk, PTM bermula pada proses
tumbuh kembang janin dalam kandungan sampai anak usia 2 tahun.
Apabila
prosesnya lancar tidak ada gangguan, maka anak akan tumbuh kembang dengan
normal sampai dewasa sesuai dengan faktor keturunan atau gen yang sudah diprogram
dalam sel. Sebaliknya apabila prosesnya tidak normal karena berbagai gangguan
diantaranya karena kekurangan gizi, maka proses tumbuh kembang terganggu.
Akibatnya terjadi ketidak normalan, dalam bentuk tubuh pendek, meskipun faktor
gen dalam sel menunjukkan potensi untuk tumbuh normal (Barker 2007 dalam Buku
Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 HPK 2012).
2.3.Pendekatan
Epidemiologi Pada Masalah Gizi Stunting
a.
Frekuensi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2010, untuk skala nasional, prevalensi anak balita stunting
(pendek) sebesar 35,6 % atau turun 1,2 %dibandingkan tahun 2007 (36,8 %)
dan angka tertinggi kejadian stunting (pendek) yakni pada usia 12-23 bulan
dengan presentase sebesar 18,5% dengan kategori pendek dan 23,0% dengan
kategori sangat pendek.2) Prevalensi stunting (pendek) di Provinsi Jawa
Tengah sendiri sebesar 33,9% dengan kategori pendek sebesar 17,0% dan sangat
pendek sebesar 16,9% , dan untuk Kota Semarang, prevalensi stunting (pendek)
mengalami kenaikan dari 16,54% pada tahun 2010 dan menjadi 20,66 di tahun 2011.
Prevalensi
pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2 persen, yang berarti terjadi
peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Prevalensi pendek
sebesar 37,2 persen terdiri dari 18,0 persen sangat pendek dan 19,2 persen
pendek. Pada tahun 2013 prevalensi sangat pendek menunjukkan penurunan, dari
18,8 persen tahun 2007 dan 18,5 persen tahun 2010. Prevalensi pendek meningkat
dari 18,0 persen pada tahun 2007 menjadi 19,2 persen pada tahun 2013.
b. Distribusi
Terdapat 20
provinsi diatas prevalensi nasional dengan urutan dari prevalensi tertinggi
sampai terendah, yaitu:(1) Nusa Tenggara Timur, (2) Sulawesi Barat, (3) Nusa
Tenggara Barat, (4) Papua Barat, (5) Kalimantan Selatan, (6) Lampung, (7)
Sulawesi Tenggara, (8) Sumatera Utara, (9) Aceh, (10) Kalimantan Tengah, (11)
Maluku Utara, (12) Sulawesi Tengah, (13) Sulawesi Selatan, (14) Maluku, (15)
Papua, (16) Bengkulu, (17) Sumatera Barat, (18) Gorontalo, (19) Kalimantan
Barat dan (20) Jambi.
Masalah
kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar 30 – 39
persen dan serius bila prevalensi pendek ≥40 persen (WHO 2010).Sebanyak 14
provinsi termasuk kategori berat, dan sebanyak 15 provinsi termasuk kategori
serius. Ke 15 provinsi tersebut adalah: (1) Papua, (2) Maluku, (3) Sulawesi
Selatan, (4) Maluku Utara, (5) Sulawesi Tengah, (6) Kalimantan Tengah, (7)
Aceh, (8) Sumatera Utara, (9) Sulawesi Tenggara, (10) Lampung, (11). Kalimantan
Selatan, (12). Papua Barat, (13). Nusa Tenggara Barat, (14). Sulawesi Barat dan
(15) Nusa Tenggara Timur
c.
Determinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi stunting
antara lain :
Tingkat
Pendidikan Ibu
Pengasuhan merupakan kebutuhan dasar anak untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal.Pada masa balita, anak masih benar-benar
tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya.Pengasuhan kesehatan dan
makanan pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting untuk perkembangan anak.
Perbedaan karakteristik ibu yang mengakibatkan berbedanya pola pengasuhan yang
akan berpengaruh terhadap status gizi anak. Beberapa penelitian berkesimpulan
bahwa status pendidikan seorang ibu sangat menentukan kualitas pengasuhannya.
Ibu yang berpendidikan tinggi tentu akan berbeda dengan ibu yang berpendidikan
rendah
Tingkat
Pendapatan Keluarga
Hal ini bisa disebabkan karena pendapatan yang
diterima tidak sepenuhnya dibelanjakan untuk kebutuhan makanan pokok, tetapi
untuk kebutuhan lainnya.tingkat pendapatan yang tinggi belum tentu menjamin
status gizi baik pada balita, karena tingkat pendapatan belum tentu
teralokasikan cukup untuk keperluan makan. Pemberian ASI eksklusifASI (Air Susu
Ibu) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6
(enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain (PP RI Nomor 33 Tahun 2012). ASI mengandung antibodi yang kuat untuk
mencegah infeksi dan sumber gizi yang sangat ideal, berkomposisi seimbang, dan
secara alami disesuaikan dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi.
Berat Badan Lahir
Di negara-negara berkembang, mayoritas bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dilahirkan aterm dan sudah menderita retardasi
pertumbuhan intrauteri sebagai akibat dari maternal stunting dan gizi
kurang yang terjadi sebelum serta selama kehamilan dan/atau sebagai akibat dari
infeksi yang sering terjadi seperti malaria.Sebaliknya, di negara-negara maju,
penyebab biomedis, seperti kehamilan kembar dan prematuritas menjadi penyebab
proporsi bayi dengan BBLR yang tinggi (Gibney dkk, 2009). KEK pada saat hamil
akan mengganggu pertumbuhan janin dan resiko BBLR.
Status Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan
terhadap penyakit yang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Pemberian
Imunisasi merupakan salah satu tindakan penting yang wajib diberikan kepada
neonatus (bayi yang baru lahir).Hal ini bertujuan meningkatkan daya imun
tubuh.Anak yang mendapatkan Imunisasi dasar lengkap cenderung lebih kebal
terhadap penyakit dibanding anak yang tidak mendapatkan imunisasi.
Pemberian ASI eksklusif
ASI
ekslusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi, dan tim
(Roesli, 2000).Adanya factor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI
menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.UNICEF
dan WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur 6
bulan.Pengenalan dini makanan yang rendah energy dan gizi atau yang disiapkan
dalam kondisi tidak higienis dapat menyebabkan anak mengalami gizi kurang dan
terinfeksi organisme asing.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penduduk.Dari beberapa pengertian epidemiologi di atas
dapat tiga hal pokok yang dipelajari dalam epidemiologi, yaitu frekuensi
masalah kesehatan, penyebaran masalah kesehatan (distribusi) dan faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan.Epidemiologi gizi adalah ilmu yang
mempelajari sebaran, besar, dan determina masalah gizi dan penuyakit yang
berhubungan dengan masalah gizi, serta penerapannya dalam kebijakan dan program
pangan dan gizi untuk mencapai kesehatan penduduk yang lebih baik.
Stunting(pendek)
adalah salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai dengan tinggi badan menurut
umur diukur dengan standar deviasi dengan referensi WHO tahun 2005.Stuntingmerupakan
kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi
jangka panjang.Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan
pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding
umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD.
Prevalensi
pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2 persen, yang berarti terjadi
peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Prevalensi pendek
sebesar 37,2 persen terdiri dari 18,0 persen sangat pendek dan 19,2 persen
pendek. Pada tahun 2013 prevalensi sangat pendek menunjukkan penurunan, dari
18,8 persen tahun 2007 dan 18,5 persen tahun 2010. Prevalensi pendek meningkat
dari 18,0 persen pada tahun 2007 menjadi 19,2 persen pada tahun 2013.
Terdapat 20 provinsi diatas prevalensi
nasional dengan urutan dari prevalensi tertinggi sampai terendah, yaitu
tertinggi Nusa Tenggara Timur, dan
terendah Jambi, sterdapat 14 provinsi dengan kategori berat yaitu provinsi NTT.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi stunting
antara lain :
Tingkat Pendidikan Ibu,Tingkat Pendapatan Keluarga, Berat Badan Lahir ,Status Imunisasi dan Pemberian ASI
eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Siagian,
A., 2010. Epidemiologi Gizi. Medan: Erlangga.
Dyan, N. K., 2010. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta:
EGC .
Gibney, dkk. 2009. Gizi kesehatan Masyarakat. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-asi.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar